Dalam sesi Meramu Konten Inklusif dan Ramah Disabilitas, narasumber Bagja Wiranandhika dari SILANG.ID menerangkan, ada begitu banyak tantangan dan problematika khususnya dari komunitas tuli yang jumlahnya kurang lebih 15 juta dengan 80 persen di antaranya kurang berpendidikan, buta huruf, dan setengah buta huruf.
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang inklusif di media sosial agar dapat mewadahi kepentingan seluruh masyarakat termasuk penyandang disabilitas.
Baca Juga:
Kemenparekraf Perkuat Peran Perempuan di Ekonomi Digital Lewat Creators Lab
Ia mengatakan, setidaknya ada empat komponen utama dalam menyusun konten media sosial yang inklusif atau ramah tuli yakni menggunakan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) sebagai bahasa utama bagi banyak orang tuli, mengacu pada Ragam Aksesibilitas Tuli atau konten yang ramah dan dapat diakses oleh pengguna tuli.
Kemudian merepresentasikan dan meningkatkan partisipasi tuli atau menampilkan komunitas tuli secara positif dan otentik pada media sosial. Dan yang keempat, konten memiliki sensitivitas dan kesadaran atau menghindari stereotip dan asumsi yang salah terhadap komunitas tuli. Demikian dilansir dari laman kemenparekrafgoid, Minggu (30/6).
[Redaktur: JP Sianturi]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.