WahanaNews.co | Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mendorong penggunaan bibit berkualitas dilakukan secara masif untuk mengoptimalkan peningkatan produksi dalam negeri.
Hal tersebut disampaikan Sudaryono saat meninjau fasilitas laboratorium Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Sumatera Utara, Minggu (11/8/2024).
Baca Juga:
Pangkas 145 Regulasi, Kebijakan Distribusi Pupuk Langsung Ke Petani Dinilai Tepat
Menurut Wamentan, BBPPTP Medan memiliki sumber daya manusia yang mumpuni, juga teknolgi pengujian dan pengembangan bibit unggul yang adaptif terhadap berbagai cuaca. Karena itu, Wamentan berharap petani dan masyarakat terus diberi edukasi terkait pentingnya penggunaan bibit unggul.
“Secara teknologi saya yakin mampu. Tinggal bagaimana kita memasifkan edukasi kepada masyarakat dan kepada petani yang menanam. Mereka harus mengakses bibit yang baik karena kalau menggunakan bibit palsu kerugiannya bisa 4 bulan. Bahkan kalau sawit itu ruginya bisa sampai 30 tahun," katanya.
Menurut Sudaryono, penjualan bibit palsu merupakan tindak kejahatan yang mengakibatkan petani rugi dan tidak bisa bertanam.
Selain itu, dampak lainnya adalah mengakibatkan carut marutnya rantai pasok dan ekosistem usaha sawit. Karena itu, dia menghimbau kepada masyarakat agar menggunakan bibit yang sudah bersertifikat.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Minta Kementan Libatkan Unsur Masyarakat Sesudah Ubah Lahan Pertanian Jadi Sumber Listrik untuk 52 PLTU
"Tolong belilah bibit yang bersertifikat. Karena bibit yang bersertifikat itu menentukan hasil. Saya lihat banyak juga yang jualan bibit palsu di toko-toko online. Itu beberapa sudah kita take down. Ada yang kita laporkan ke polisi. Jualan bibit palsu itu kejahatan karena merugikan orang," katanya.
Sementara itu, Sudaryono mengatakan peningkatan produksi komoditas perkebunan unggulan dapat memiliki manfaat yang besar. Salah satunya adalah sawit, di mana pemerintah sudah melaunching program B35.
"Berkaitan dengan kemandirian pangan dan kemandirian energi, pemerintah sudah menetapkan B35. Dan nanti akan terus ditingkatkan. Maka B35 dan seterusnya itu kan bahannya sebagian besar adalah sawit. Maka caranya selain menambah area tanam luasan kebun sawit kita. Berarti kan harus mencari, harus dibuat, harus ditanam bibit yang bagus," katanya.
Sebagai informasi, B35 merupakan program dari Kementerian ESDM untuk meningkatkan penyediaan energi bersih secara berkelanjutan. B35 adalah campuran bahan bakar nabati dari minyak kelapa sawit, dengan kadar minyak sawitnya 35 persen, sementara 65 persen sisanya dari Bahan Bakar Minyak (BBM) solar.
B35 diklaim lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan solar dan aman untuk mesin kendaraan.Alokasi biodiesel untuk B35 pada 2023 mencapai 13,15 juta Kilo Liter (KL) sedangkan di tahun 2024 ini sebesar 13,41 juta kiloliter (KL). Dengan pelaksanaan B35 ini, Indonesia dinilai menjadi negara yang paling konsisten dalam menerapkan energi hijau di dunia.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa pemerintah berupaya memastikan pekebun dan petani mendapat benih unggul bersertifikat sehingga hasil produksi dan produktivitas tanamannya juga meningkat.
Oleh karena itu pemerintah terus melakukan pengawasan dan penertiban penjualan bibit terutama melalui marketplace.
[Redaktur: Zahara Sitio]