WahanaNews.co | Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sangat peduli dengan produk lokal. Beras Srinuk yang merupakan produk pertanian unggulan Kabupaten Klaten misalnya, diperkenalkan dan dipromosikan Ganjar ke publik luas.
Petani beras Srinuk, Harjono asal Desa Kepanjen, Kecamatan Delanggu, Klaten, menilai, kedatangan Ganjar ke tempatnya untuk mengecek beras Srinuk, sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap petani.
Baca Juga:
Prabowo Subianto: Kerja Sama dalam Pemerintahan Pasca Pilpres 2024
“Merasa diperhatikan pemerintah kaitannya dengan ketahanan pangan. Kita sebagai petani mengharapkan apa yang kita kerjakan itu bisa dilihat pemerintah,” kata Harjono, ditemui di tempat penggilingan padi Srinuk di desanya, Rabu (5/10/2022).
Harjono menjelaskan, beras Srinuk yang dikenalkan Ganjar tersebut, adalah beras sejenis Rojolele yang sudah direkayasa oleh Pemkab Klaten dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Hasilnya, produk beras jenis Srinuk itu bisa lebih memiliki beberapa kelebihan, dibanding beras Rojolele yang sebelumnya.
Misalnya, dulu Rojolele itu memiliki umur sampai lima bulan, sekarang Srinuk hanya sekitar 110 hari atau sekitar tiga bulan lebih. Tidak hanya itu, keduanya memiliki perbedaan lain. Seperti tanaman Rojolele yang lebih tinggi daripada Srinuk. Kondisi itu membuat Rojolele lebih berpotensi dimakan burung dan kena angin. Sedangkan Srinuk bisa lebih aman karena pendek sehingga aman dari burung dan tidak roboh.
Baca Juga:
Ganjar Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Itu Kritikus
Ditambahkan, Srinuk juga wangi dan tingkat pulennya hampir sama dengan Rojolele. Bulir padinya bulat, namun agak pendek dibanding Rojolele. Petani Klaten juga lebih untung menanam Srinuk. Jika panen Srinuk, petani seperti dirinya bisa meraup pendapatan Rp6 juta per hektare. Sedangkan varietas lain, pendapatanya sekitar Rp5 juta per hektare.
Penjual bibit padi Srinuk, Sumiyem, mengakui jika bibit Srinuk memang memiliki kualitas bagus. Bibitnya super dan besar.
“Paling besar (bibitnya), paling bagus. Bibit Srinuk sae (bagus), nasinya enak, berasnya paling bagus. Petani semua suka,” jelas Sumiyem.