Selain itu, lewat anak usahanya yakni Harum Nickel Industry (HNI), HRUM juga mengakuisisi 20.0% saham baru yang diterbitkan oleh PT Westrong Metal Industry (WMI) senilai US$ 75,0 juta pada April lalu.
WMI sedang membangun smelter nikel RKEF di Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) dengan kapasitas produksi tahunan 56kt Nickel Pig Iron (NPI), yang diharapkan beroperasi pada kuartal IV-2023.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Sementara, proyek MDKA yang akan datang adalah proyek tambang tembaga Tujuh Bukit, proyek AIM Wetar, serta tambang emas Pani.
Ekspansi ini nampaknya berkaitan dengan arah ekonomi hijau sehingga membutuhkan nikel sebagai komponen utamanya.
Olivia mengungkapkan bahwa nikel memang memiliki potensi permintaan yang besar. Salah satunya karena kebutuhan untuk pengembangan industri kendaraan listrik termasuk menciptakan baterai Electric Vehicle (EV).
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Pada tahun 2030, industri baterai listrik diproyeksikan menyerap 1,1 juta Metrik Ton (MT) nikel, lebih dari lima kali lipat dari angka saat ini yakni 200 ribu MT.
"Kami memperkirakan industri stainless steel akan tetap menjadi pendorong utama permintaan nikel di masa mendatang. Selain stainless steel, industri lain yang dapat meningkatkan permintaan nikel di masa depan adalah industri baterai EV," ujar Olivia dalam riset, (6/10). [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.