WahanaNews.co | Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menekankan bahwa di tengah perekonomian dunia yang melambat, Indonesia masih tumbuh kuat.
Meski banyak risiko mengancam seperti turbulensi geopolitik, kekeringan dan El Nino di beberapa negara, hingga ancaman pandemi berikutnya, perekonomian Indonesia tetap tumbuh dengan optimis, namun penuh dengan kehati-hatian.
Baca Juga:
Bea Cukai Tindak 31.275 Perdagangan Ilegal di 2024, Menkeu: Potensi Kerugian Negara Rp3,9 Triliun
“Pelemahan masih akan berlanjut selama 2023 hingga 2024 secara global untuk Indonesia, namun kita benar-benar harus memposisikan diri untuk memastikan bahwa permintaan domestik dapat dipertahankan dan kita punya banyak alasan untuk tetap optimis dengan perekonomian domestik kita,” ungkap Menkeu saat menghadiri dinner perayaan 160 tahun operasional Standart Chartered di Indonesia, pada Rabu (14/06).
Dalam acara yang turut dihadiri juga oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto tersebut, Menteri Keuangan melakukan sesi diskusi dengan Dr José Viñals, Group Chairman Standard Chartered.
Dimana dalam diskusi itu turut membahas seputar perekonomian ASEAN, terutama pada era Keketuaan Indonesia tahun ini.
Baca Juga:
Wamenkeu Suahasil: Sektor Keuangan Jadi Game Changer Pembangunan Indonesia
Sesuai dengan semangat yang diusung, Epicentrum of Growth, Keketuaan Indonesia menekankan pada kolaborasi dan kooperasi untuk memastikan perekonomian kawasan terus terjaga, termasuk pada ASEAN+3 bersama dengan Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
“Kami ingin menjadikan negara di kawasan ASEAN relatif berkinerja baik jika dibandingkan dengan banyak kawasan lain di dunia. Stabil secara politik, keamanan serta reformasi dan kinerja ekonomi selalu relatif baik. Seiring berjalannya waktu kita akan menciptakan pasar yang lebih besar, memiliki lebih banyak sumber pertumbuhan ditengah ketidakpastian global,” tuturnya.
Selanjutnya, isu mengenai perubahan iklim juga menjadi sorotan, termasuk kesempatan yang terbuka bagi dunia bisnis terkait komitmen transisi energi Indonesia.