“Setelah bekerja, dia beralih membeli tanah, dan di usia muda dia sudah menjadi tuan tanah atas dua wilayah, yakni Matraman dan Sinajan, yang berada dekat Paal Merah,” demikian ditulis surat kabar tersebut.
Mengutip Handboek voor Cultuur en Handels-ondernemingen in Nederlandsch-Indië tahun 1896, disebutkan bahwa Bohl menguasai lahan di Senayan seluas 1.474 bau atau setara hampir 1.000 hektare.
Baca Juga:
Tunjangan Perumahan Anggota DPR Dinilai Tak Cukup untuk Sewa Dekat Senayan
Lahan ini digunakan sebagai perkebunan kelapa dan area persawahan, dengan nilai ekonomis mencapai 36.000 gulden.
Kehidupan pribadi Bohl nyaris tak terekam dalam catatan sejarah. Bataviaasch Nieuwsblad menulis bahwa pria kelahiran 1848 itu dikenal tertutup dan lebih suka hidup menyendiri.
Ia hanya dikenal sebagai tuan tanah yang memiliki wilayah luas di Senayan dan Matraman.
Baca Juga:
Rumah Dinas Dihapus, Anggota DPR Dapat Tunjangan Perumahan Hingga Rp 50 Juta
Sementara itu, di Matraman, berdasarkan Adresboek van Nederlandsch-Indië voor den handel tahun 1896, Bohl memiliki 502 bau tanah atau lebih dari 400 hektare.
Ia bahkan tinggal di kediaman mewah di kawasan itu, lengkap dengan taman dan puluhan rusa yang dipeliharanya.
Selain sebagai pemilik lahan, Bohl juga pernah menjajal dunia politik. Menurut laporan de Locomotief edisi 21 Agustus 1908, ia terpilih menjadi anggota dewan kota mewakili daerah Meester Cornelis.