WahanaNews.co | Talas beneng yang dulunya biasa tumbuh liar di Gunung Karang, Pandeglang, Banten, kini naik daun karena merupakan produk pertanian komoditas ekspor.
Salah satu pembudidaya talas beneng asal Banjar Belong, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, I Made Budiarta menuturkan bahwa talas beneng ini memiliki karakteristik yang unik yaitu berukuran besar dan berwarna kuning dan bagian terbesarnya berupa batang yang bisa dikonsumsi.
Baca Juga:
Libas Hama dan Penyakit, Kementan Galakkan Penggunaan Pestisida Nabati
“Sehingga Talas Beneng ini juga sering disebut “Si Raksasa” karena berukuran besar,” ujarnya, dikutip Sabtu (11/6).
Ditambahkannya jika, talas beneng juga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga dapat menjadi bahan pangan alternatif.
Hanya saja talas beneng kerap dikonsumsi sembunyi-sembunyi karena dianggap makanan kelas rendah. Hal itu juga membuat pangan alternatif ini kurang begitu dikenal masyarakat.
Baca Juga:
Menteri ESDM Dongkrak Target Ekspor Batu Bara Jadi 518 Juta Ton Tahun Ini
Namun kini talas beneng dibudidayakan secara besar-besaran, bahkan naik kelas menjadi produk pertanian komoditas ekspor.
“Talas beneng katanya, bermanfaat dari umbi batang, pelepah, dan daunnya. Umbi batang diolah menjadi tepung untuk pangan alternatif. Umbi talas beneng bisa diolah menjadi tepung untuk berbagai jenis kue. Dan tepung talas beneng banyak diminati dikarenakan memiliki berbagai kandungan gizi,” paparnya.
Kemudian untuk pelepah talas beneng bisa dibuat kerajinan tangan mulai dari tas, topi, dan berbagai kerajinan lainnya.