WahanaNews.co | Sejumlah negara kaya termasuk Amerika Serikat menjanjikan dana US$20 miliar atau setara dengan Rp 310 triliun (asumsi kurs Rp15.548 per dolar) guna mendukung Indonesia lepas dari ketergantungan terhadap industri batu bara.
Pemberian dana tersebut merupakan salah satu komitmen dalam perjanjian untuk transisi energi yang adil bagi ekonomi Indonesia.
Baca Juga:
Usai KTT G20, Kendaraan Listrik yang Digunakan Mau Dikemanakan?
Dalam keterangan resmi Gedung Putih, dana tersebut juga diberikan untuk mencapai netralitas karbon pada 2050 di mana target tersebut maju satu dekade lebih awal.
Daftar Investasi yang Diraih Indonesia di Sela KTT G20
Sejumlah negara yang ikut bergabung adalah Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan enam negara Eropa yang menandatangani perjanjian dengan Indonesia di tengah KTT G20.
Baca Juga:
Berikut 4 Fakta Kematian Anggota Polisi Pengaman G20 di Tangan PSK MiChat
Dalam perjanjian tersebut, negara-negara kaya sepakat untuk menjadikan Indonesia netral dari karbon pada 2050 dan memperbanyak jumlah pembangkit energi baru terbarukan (EBT) pada 2030.
Perjanjian itu disambut baik oleh Presiden Indonesia Joko Widodo dan menyebutnya sebagai model yang bisa direplikasi di negara lain untuk memenuhi tujuan iklim dunia.
"Indonesia berkomitmen untuk menggunakan transisi energi untuk mencapai ekonomi hijau dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Kami berterima kasih atas kerja sama dan dukungan dari mitra internasional kami untuk mewujudkan implementasi penuh yang akan mempercepat transisi ini," katanya dilansir dari AFP, Selasa (15/11).
Secara rinci, kesepakatan tersebut menyatakan Indonesia telah berkomitmen untuk melakukan perubahan demi energi bersih dengan nilai kerjasama US$10 miliar atau Rp155 triliun untuk pembiayaan sektor publik. Sementara, setengah nilai kerja sama sisanya digunakan untuk pendanaan swasta selama tiga hingga lima tahun.
Menurut nota kesepakatan, pembiayaan itu termasuk hibah, pinjaman lunak, pinjaman dengan suku bunga pasar, jaminan dan investasi swasta untuk Indonesia.
Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden turut memuji kepemimpinan luar biasa Indonesia dalam memastikan kemitraan tersebut berjalan.
"Target baru dan percepatan yang dihasilkan menunjukkan negara dapat mengurangi emisi secara drastis dan meningkatkan energi terbarukan. Sembari memajukan komitmen untuk menciptakan pekerjaan berkualitas dan melindungi mata pencaharian masyarakat," kata Biden.
Janji donor yang diumumkan hari ini adalah bagian dari sejumlah proyek yang berada di bawah kemitraan infrastruktur untuk memberikan dukungan kepada negara-negara miskin dan berkembang.
Sementara itu, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan Indonesia berkomitmen pada ekonomi rendah karbon dan transisi energi menjadi kuncinya.
"Kami percaya bahwa kami tidak boleh mengorbankan pembangunan ekonomi kami. Tapi itu kita juga harus membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan untuk generasi mendatang," jelas Luhut.
Ia mengatakan dengan transisi energi yang adil juga dapat menciptakan lapangan kerja hijau dan memberi manfaat bagi komunitas dan kelompok masyarakat yang terkena dampak secara langsung atau tidak langsung.
"Kita harus memikirkan bagaimana transisi energi berdampak pada masyarakat yang rentan dan bekerja sama menuju pendanaan transisi yang efektif untuk mendukung transisi yang terjangkau menuju masa depan bersih nol karbon," tutur Luhut.
"Kami juga berterima kasih atas dukungan berkelanjutan yang diberikan oleh mitra organisasi internasional kami termasuk ADB, Dana Investasi Iklim, dan Bank Dunia untuk transisi energi Indonesia," imbuhnya.
Adapun selain Indonesia, terdapat pula pendanaan untuk proyek digital di Pasifik, hingga investasi dalam penambangan nikel dan kobalt yang berkelanjutan di Brasil, serta menggerakkan proyek tenaga surya di Honduras. [rna]