WahanaNews.co, Jakarta - Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, smelter tembaga yang dimiliki oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan JIIPE, Gresik, Jawa Timur, siap beroperasi pada bulan Juni 2024.
"Progres pembangunan smelter ini berjalan sesuai dengan rencana. Saya memberikan apresiasi atas komitmen Freeport dalam mendukung kebijakan hilirisasi pertambangan. Saya yakin bahwa Smelter PTFI akan dapat beroperasi pada bulan Juni 2024," ujar Arifin, dikutip Sabtu (2/3/2024).
Baca Juga:
Imbas Hilirisasi, Bahlil Sebut 54 Persen Warga Morowali Kena Asma
Arifin menyatakan bahwa pembangunan pabrik pemurnian tembaga PTFI ini merupakan bagian dari inisiatif percepatan hilirisasi pertambangan yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
Langkah ini dianggap sebagai salah satu upaya penting dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai negara yang maju.
Wakil Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Jenpino Ngabdi dalam kesempatan yang sama mengatakan pembangunan smelter berjalan lancar dan sesuai target.
Baca Juga:
Dukung Hilirisasi, PLN Siapkan Listrik Andal Untuk Smelter Freeport yang Baru Diresmikan Presiden Jokowi
"Progres pembangunan smelter saat ini sesuai dengan rencana dan siap beroperasi di bulan Juni 2024. Smelter PTFI akan mulai berproduksi di Agustus 2024 dan selanjutnya ramp up mencapai kapasitas penuh pada akhir Desember 2024," kata Jenpino.
Untuk diketahui, pembangunan Smelter ini merupakan mandat Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI. Smelter berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.
PTFI telah menanamkan investasi hingga US$ 3,1 miliar atau setara Rp48 triliun per akhir Desember 2023.
Ini adalah smelter kedua dari PTFI. Smelter pertama, yang dikelola oleh PT Smelting, telah beroperasi sejak tahun 1996.
Smelter tembaga dengan desain garis tunggal terbesar di dunia ini akan memiliki kemampuan untuk memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun.
Produk utama dari smelter ini termasuk katoda tembaga, emas dan perak dalam bentuk batangan murni, serta Logam Kelompok Platinum (PGM).
Beberapa produk sampingan melibatkan asam sulfat, gipsum, dan timbal.
Katri Krisnati, Wakil Presiden Komunikasi Perusahaan, menambahkan bahwa tahap awal produksi smelter PTFI pada bulan Agustus 2024 akan dimulai dengan tingkat kapasitas 50%, dengan sekitar 32 ribu metrik ton yang dapat dimurnikan pada bulan Agustus 2024.
Kemudian, produksi akan ditingkatkan mencapai 100% pada bulan Desember 2024.
"Diharapkan dalam periode Agustus sampai dengan Desember 2024 tersebut total sekitar 480 ribu wmt konsentrat dimurnikan di smelter baru PTFI," jelas Katri.
Pabrik pengolahan dan pemurnian ini kelak akan memiliki kapasitas untuk menyerap konsentrat tembaga hingga 1,7 juta ton per tahun, dan akan mengalahkan smelter tembaga terbesar di dunia dari sisi kapasitas produksi.
Sebagai perbandingan, berdasarkan data Statista, smelter tembaga dengan kapasitas produksi terbesar di dunia saat ini adalah Guixi Smelter, pabrik milik Jiangxi Copper Corp yang hingga Juni 2022 berkapasitas 900.000 metrik ton per tahun.
Menyusul Guixi Smelter, pabrik pemurnian tembaga terbesar di dunia urutan kedua dan ketiga adalah pabrik Birla Copper di India dan pabrik Toyo di Jepang. Negara lain yang juga masuk dalam jajaran ini adalah Jerman dan Chile.
Dilansir dari Okezone, nilai total total investasi smelter ini mencapai USD3 miliar, atau Rp45 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat mendampingi presiden dalam peninjauan pembangunan smelter PTFI di Gresik, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Usai beroperasi, smelter ini akan memiliki total kapasitas pengolahan tembaga hingga 1,7 juta ton dan precious metal refinery berkapasitas 6.000 per tahun.
Pabrik ini nanti akan mampu menghasilkan 600.000 ton tembaga, 50 ton emas, dan 210 ton perak setiap tahunnya.
Dorong Hilirisasi
Pemerintah bermaksud menjadikan smelter PTFI untuk mendorong hilirisasi. Seperti yang diketahui, Indonesia selama ini dikenal sebagai eksportir bahan mentah.
Presiden Jokowi berharap hasil produksi smelter ini akan diintegrasikan dengan hasil komoditas tambang lainnya dan diolah menjadi produk akhir bernilai jual tinggi.
“Smelter ini menjadi pijakan pondasi untuk kita menjadi negara maju, karena dari yang bertumpu kepada konsumsi, sekarang bertumpu kepada produksi,” kata presiden.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]