"Yang memberi izin rute pesawat itu IATA, jadi kita harus mengikuti aturannya. Kalau tidak segera beralih ke SAF, maka izin rute tidak diberikan oleh IATA," tegas Azril.
Ia menambahkan, pariwisata tidak hanya soal destinasi, tetapi juga kemampuan menggelar event internasional. Salah satu contohnya adalah pacu jalur di Kuansing, Riau, yang sempat viral dan mendatangkan wisatawan asing.
Baca Juga:
Pesawat Garuda dan Citilink Tak Bisa Terbang karena Telat Maintenance, Disorot Danantara
Sayangnya, Azril menilai Indonesia masih sangat lemah dalam hal penyelenggaraan event berskala global.
"Kita lemah dalam event internasional, sangat lemah," ujarnya.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto menyatakan pembelian 50 unit Boeing merupakan bagian dari upaya memperkuat posisi Garuda Indonesia sebagai maskapai kebanggaan nasional.
Baca Juga:
Usai Insiden Salah Tangkap, Garuda Indonesia Temui Ketua NasDem Sumut untuk Sampaikan Permohonan Maaf
Ia menilai Garuda perlu disuntik armada baru untuk kembali bangkit.
"Memang kita kan perlu membesarkan Garuda. Garuda adalah kebesaran kita. Garuda adalah flag carrier national. Garuda lahir di dalam perang kemerdekaan kita. Jadi Garuda harus jadi lambang Indonesia. Saya bertekad membesarkan Garuda, untuk itu kita butuh pesawat baru," kata Prabowo.
Diketahui, pembelian pesawat Boeing ini juga merupakan bagian dari perjanjian resiprokal dengan Amerika Serikat untuk menekan surplus neraca perdagangan.