Selain itu perilaku lain yang juga berubah adalah konsumsi hiburan. Konten hiburan di berbagai platform digital mulai dari YouTube, Instagram, dan TikTok pun menyedot jutaan penonton selama Ramadhan dengan lebih dari 70 persen mengakses lewat smartphone.
Melihat hal itu, pebisnis juga harus paham timing, agar tidak mengganggu waktu ibadah konsumen. Pasalnya, umat muslim menggunakan Ramadhan untuk lebih banyak beribadah.
Baca Juga:
Jaksa Gadungan Menipu Rp4,6 Miliar untuk Judi Online, Ditangkap Kejagung
Pemilik bisnis, harus lebih pintar mencari waktu marketing yang tidak menganggu aktivitas ibadah, misalnya saat waktu sholat tarawih.
Sadar atau tidak, pandemi mengubah perilaku konsumen. Belanja online pun tetap jadi aktivitas populer meski pusat perbelanjaan dan toko offline sudah kembali beroperasi seperti sebelumnya. Masyarakat Indonesia sudah nyaman dengan berbelanja online.
Saat ini, ada banyak konsumen yang lebih nyaman belanja kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri secara online. Misalnya pembelian baju Lebaran, kue kering, sampai ketupat.
Baca Juga:
Membantah Mitos: 5 Cara Menjadi Pengusaha Sukses bagi Si Introvert
Melansir Liputan6, Niagahoster menyebut, belanja online bukan hanya jadi rutinitas baru favorit bagi penduduk kota besar tetapi juga kota-kota non metro di Indonesia. Bahkan 72 persen konsumen digital baru berasal dari kota-kota non-metro.
Oleh karenanya, pebisnis penting menarik minat calon pembeli melalui website toko online untuk akses yang lebih mudah bagi berbagai kalangan. Mengingat 70 persen orang mengakses internet dari smartphone, website toko online harus mobile-friendly, mudah dinavigasi, dan kompatibel di berbagai perangkat.
Dengan begitu konsumen bisa nyaman menjelajahi website bisnis. Selain itu, layanan web hosting yang baik juga penting dipertimbangkan guna memberi banyak kemudahan.