Glencore yang memiliki saham 49 persen mengatakan tahun lalu bahwa mereka hanya akan membiayai KNS hingga akhir Februari ini setelah menggelontorkan miliaran dolar. Glencore kemudian menambahkan bahwa pihaknya akan mendanai KNS selama periode enam bulan di mana pabrik perusahaan akan ditempatkan dalam perawatan dan pemeliharaan.
"Tungku pabrik akan tetap panas untuk menjaga kelangsungan lokasi dan semua karyawan KNS lokal akan dipertahankan, kata Glencore.
Baca Juga:
Kementerian ESDM Buka Suara, Soal Tudingan AS Ada Kerja Paksa di Industri Nikel RI
Langkah untuk menghentikan produksi akan memungkinkan Glencore menghindari dampak negatif terhadap pendapatan inti (EBITDA) hingga US$400 juta.
KNS adalah perusahaan patungan antara Glencore dan Societe Miniere du Sud Pacifique SA (SMSP), yang terakhir dikendalikan oleh provinsi utara Kaledonia Baru.
Tingginya biaya dan ketegangan politik di Kaledonia Baru, ditambah dengan persaingan dari Indonesia, telah menyebabkan tiga pabrik pengolahan di wilayah Perancis berada di ambang kehancuran.
Baca Juga:
Balai Kemenperin di Makassar Dukung Pemerataan Ekonomi Wilayah Timur
Indonesia memang saat ini sedang melakukan program hilirisasi nikel. Presiden Jokowi menegaskan tetap akan menjalankan kebijakan yang membuat Uni Eropa protes dan membawanya ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Jokowi memaparkan sebelum hilirisasi, nilai ekspor hanya US$2,1 miliar atau setara Rp510 triliun.
"Kenapa Uni Eropa ngamuk-ngamuk dan bawa kita ke WTO, ya karena itu karena dulu nilai tambah di sana bukan di sini, dia enggak mau jadinya kita digugat. Tapi kita lawan," kata Jokowi di acara Rakernas Seknas Jokowi di Bogor, Sabtu (16/9).