Dede menambahkan dalam menjalankan program TJSL mengacu pada peta jalan (roadmap) dari setiap program yang sudah disusun, memperhatikan proses dari pemanfaatan bantuan tersebut dan melakukan penilaian serta penghitungan dampak terhadap efektivitas program menggunakan metode social return of invesment (SROI).
Menurut dia, penggunaan metode SROI memiliki keunggulan yang sangat strategis, di mana keterlibatan para pemangku kepentingan dari suatu program akan dianalisis untuk mengeksplorasi berbagai dampak yang dirasakan setelah program tersebut berjalan.
Baca Juga:
Spesial Harkitnas! PLN Beri Diskon 50 Persen untuk Tambah Daya Listrik, Berlaku hingga 23 Mei 2025
Metode SROI juga berusaha untuk mereduksi ketimpangan dampak, melalui goal pembangunan kesejahteraan dengan memasukkan biaya sosial, lingkungan serta biaya dan manfaat ekonomi yang timbul atas aktifitas dari program itu sendiri.
"Ke depan kami berusaha meningkatkan dan terus mendorong lahirnya pemerataan, kemanfaatan perkembangan ekonomi melalui program PLN peduli yang lebih baik, melalui pelatihan-pelatihan keterampilan, pendampingan, dan tentunya menciptakan green ekosistem dengan terobosan-terobosan pendekatan yang memperhatikan kepentingan sosial itu sendiri," kata Dede.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Muda Sejahtera, Shafwan, mengakui berkat kerja sama dan bantuan yang diberikan oleh PLN Peduli, pihaknya memiliki lahan untuk pengembangan rempah mulai dari pembibitan, penyemaian, perawatan hingga proses produksi.
Baca Juga:
Keandalan Listrik Bali Kelas Dunia dan Jarang Alami Gangguan, ALPERKLINAS Sebut 'Blackout Listrik Bali' Bukan Human Error
"Alhamdulillah usaha kami mampu berkembang menjadi eduwisata farming dengan rata-rata omset per bulan mencapai Rp 50 hingga Rp 60 juta," ujarnya. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.