WahanaNews.co | Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan realisasi subsidi energi pada tahun 2022 mencapai Rp 157,6 triliun, tertinggi sejak 2015. Meski demikian, realisasi ini ternyata lebih rendah dari target yang sudah ditetapkan sebesar Rp 211,1 triliun.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan, penurunan subsidi energi ini terutama karena turunnya realisasi subsidi BBM. Arifin mengatakan, hal itu terjadi karena harga minyak mentah mengalami penurunan.
Baca Juga:
Pertumbuhan Tinggi, Dirjen ESDM: Masalah Over Supply Listrik di Jawa-Bali Akan Teratasi
"Ini terutama penurunan ini kita lihat di BBM dan LPG tidak separah seperti yang kita perkirakan sebelumnya karena adanya di 2022 ini asumsi crude yang tadinya tinggi ternyata menjelang kuartal-kuartal III itu terjadi penurunan harga komoditi migas," kata Arifin seperti dilansir dari CNBC, Kamis (2/2/2023).
Adapun realisasi subsidi energi sebesar Rp 157,6 triliun itu terdiri dari Rp 97,8 triliun untuk subsidi BBM dan LPG. Kemudian, sebanyak Rp 59,8 triliun untuk subsidi listrik. Namun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya subsidi di tahun 2022 terbilang besar. Berikut rinciannya.
Realisasi subsidi energi paling rendah terjadi di tahun 2017 yakni hanya sebesar Rp 92,7 triliun. Jumlah ini terdiri dari subsidi BBM dan LPG sebesar Rp 47 triliun, dan untuk subsidi listrik sebesar Rp 45,7 triliun.
Baca Juga:
Tarif Listrik Triwulan IV Tidak Naik, PLN Jaga Pelayanan Listrik Tetap Andal
Selain itu, Kementerian ESDM juga memperkirakan pada tahun ini subsidi energi masih besar mencapai Rp 209,9 triliun. Subsidi ini terdiri subsidi BBM dan LPG sebesar Rp 139,4 triliun, dan subsidi listrik sebesar Rp 70,5 triliun.
Menurut Arifin, hal itu dipicu oleh masalah pasokan imbas konflik Rusia dan Ukraina. Serta meningkatnya permintaan karena pulihnya ekonomi di sejumlah negara. Kemungkinan juga peningkatan kebutuhan demand di China dan juga beberapa negara lainnya. [ast]