WahanaNews.co | Nilai tukar rupiah sekonyong-konyong bangkit melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pertengahan perdagangan Senin (29/11). Padahal, di awal perdagangan hari ini rupiah melemah cukup tajam, apa ada intervensi dari Bank Indonesia?
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung jeblok 0,35%. Depresiasi rupiah bertambah menjadi 0,42% ke Rp 14.360/US$ yang merupakan level terlemah hari ini, juga sejak 5 November lalu.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Targetkan 30.702 Anak Terima Imunisasi Polio pada PIN 2024
Setelahnya, rupiah memangkas pelemahan hingga stagnan di Rp 14.300/US$ pada pukul 12:00 WIB.
Jika melihat pergerakan mata uang Asia lainnya, bangkitnya rupiah kemungkinan bukan karena intervensi. Sebab, mayoritas mata uang Asia menguat melawan dolar AS siang ini. Artinya, sentimen pelaku pasar mulai membaik.
Hal yang sama juga terjadi di pasar saham Asia yang mulai memangkas pelemahan, bahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sukses menguat 0,4% di sesi I setelah sempat ambrol lebih dari 1%.
Baca Juga:
Pemkab Batang, Massifkan Pencegahan Kasus Flu Singapura (HFMD)
Perusahaan farmasi yang bergerak cepat merespon virus corona Omicron menjadi salah satu yang membuat sentimen pelaku pasar mulai membaik.
Pada Jumat pekan lalu, Moderna, Johnson & Johnson sertra AstraZeneca mengatakan sedang melakukan investigasi terhadap varian baru ini.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Pfizer dan BioNtTech. Keduanya juga mengatakan bisa memodifikasi vaksin mereka secepat mungkin jika diperlukan untuk melawan Omicron.