WahanaNews.co, Jakarta - Pada kuartal III-2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 4,94% secara tahunan (yoy), mengakhiri tren pertumbuhan di atas 5% yang berlangsung selama tujuh kuartal berturut-turut hingga kuartal II-2023 yang mencapai 5,17%.
Beberapa ekonom meyakini bahwa perlambatan ekonomi domestik dapat disebabkan oleh tekanan pada daya beli masyarakat.
Baca Juga:
BPS Kalimantan Barat: Jumlah Tenaga Kerja Agustus 2024 Capai 3,01 Juta
Tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2023 mencapai 5,06%, turun dari pertumbuhan sebesar 5,22% pada kuartal sebelumnya, menggambarkan pola pertumbuhan yang serupa dengan tahun sebelumnya.
Pada kuartal III-2022, pertumbuhan konsumsi masyarakat juga turun menjadi 5,39% dari level sebelumnya sebesar 5,51%, demikian juga pada tahun 2021 dari 5,96% menjadi 1,02%.
Para pelaku usaha mengakui perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat yang lebih dalam dari tahun sebelumnya, menyebutnya sebagai fenomena berbagi konsumen antar sektor bisnis, seperti antara pengelola pusat perbelanjaan dan sektor pariwisata.
Baca Juga:
Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka di Jakarta Sebesar 0,32 Persen
"Memang low seasons tahun ini kondisinya cukup dalam dikarenakan Pusat Perbelanjaan masih harus berbagi dengan wisata," kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja, mengutip CNBC Indonesia, Senin (27/11/2023).
Meski demikian, Alphonzus mengingatkan kondisi ini tidak membuat pusat perbelanjaan sepi pengunjung, karena hanya kondisi yang terjadi pada kuartal III-2023 adalah faktor musiman akibat hari keagamaan terjadi pada kuartal II-2023 yang biasanya mendorong konsumsi.
Selain itu, masyarakat juga kini lebih memilih pergi wisata ke timbang ke pusat perbelanjaan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sektor penopang wisata seperti akomodasi dan makanan minuman, hingga transportasi mengalami pertumbuhan paling tinggi pada kuartal III-2023.
Transportasi dan pergudangan tumbuhnya dua digit hingga 14,74%, demikian juga akomodasi dan makanan minuman sebesar 10,90%.Lalu, ada jasa lainnya yang tumbuh 11,14%.
"Banyak masyarakat yang masih memprioritaskan wisata setelah hampir tiga tahun tidak dapat melakukannya akibat pandemi. Masyarakat masih melepas rindu dengan wisata," tegasnya.
Oleh karena itu, Alphonzus yakin bahwa pada kuartal IV-2023, kunjungan ke pusat perbelanjaan akan pulih sesuai dengan pola musiman sebelumnya. Hal ini karena akhir tahun, terutama menjelang Natal dan tahun baru, seringkali mendorong aktivitas belanja dan konsumsi masyarakat.
"Pusat perbelanjaan akan keluar dari musim sepi menuju kuartal IV, terutama menjelang Natal dan tahun baru. Seperti yang terjadi pada bulan Ramadhan tahun ini di kuartal I dan Idul Fitri di kuartal II, yang merupakan puncak musim bagi pusat perbelanjaan," ungkap Alphonzus.
Menurut data BPS, sektor perdagangan mengalami penurunan performa pada kuartal III-2023. Pertumbuhan sektor perdagangan hanya mencapai 5,08% secara tahunan, turun dari level pertumbuhan pada kuartal II-2023 sebesar 5,26%.
Kondisi serupa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, seperti pada kuartal III-2021 yang pertumbuhannya hanya mencapai 5,12%, sedangkan pada kuartal II-2021 tumbuh hingga 9,5%. Namun, pada kuartal IV-2021, pertumbuhannya pulih menjadi 5,54%, demikian juga pada kuartal IV-2022 yang tumbuh 6,55% dari kuartal III-2022 sebesar 5,37%.
Khusus untuk kuartal III-2023, BPS mencatat bahwa perdagangan besar dan eceran, kecuali mobil dan sepeda motor, tumbuh sebesar 5,03%, didorong oleh peningkatan aktivitas produksi, konsumsi, dan mobilitas masyarakat.
Sementara itu, perdagangan mobil, sepeda motor, dan reparasinya tumbuh sebesar 5,30%, didorong oleh peningkatan penjualan sepeda motor dan suku cadang.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]