"China menghadapi gelombang pertama dari tiga gelombang yang diperkirakan terjadi selama musim dingin," kata salah satu ahli epidemiologi terkemuka negara itu Wu Zunyou.
Gelombang saat ini akan berlangsung hingga pertengahan Januari dan terutama mempengaruhi kota-kota. Lalu meluas karena perjalanan selama liburan Tahun Baru Imlek yang memicu gelombang kedua hingga pertengahan Februari.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Puncak ketiga akan terjadi dari akhir Februari hingga pertengahan Maret. Ini, ujarnya, karena mereka yang terinfeksi selama liburan kembali ke tempat kerja mereka.
Meski begitu, secara resmi, China hanya melaporkan 5.242 kematian akibat Covid sejak pandemi muncul di kota Wuhan pada akhir 2019.
3. Obat Langka
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Obat-obatan juga disebut mulai langka di China setelah adanya lonjakan infeksi virus corona pasca kontrol nol-Covid dilonggarkan Beijing secara signifikan. Disebutkan jutaan orang China telah berjuang untuk menemukan obat penghilang rasa sakit dan obat demam untuk meredakan gejala Covid-19.
Hal ini pun berimbas pada wilayah tetangga China, Taiwan, di mana warga pulau itu berbondong-bondong memborong obat demam dengan tujuan menjualnya kembali ke Negeri Tirai Bambu.
Otoritas kesehatan Taiwan mengatakan banyak apotek yang kehabisan obat seperti Panadol. Merek parasetamol itu diproduksi oleh Haleon Plc yang berbasis di Inggris.