Dengan menggunakan nama Taliban (jamak dari talib), mereka ingin
mengambil jarak dari politik Mujahidin dan mengisyaratkan mereka adalah gerakan
untuk membersihkan masyarakat, dan bukannya partai yang hanya mencari kekuasaan.
Maka, tujuan didirikannya Taliban adalah untuk
memulihkan perdamaian, menegakkan hukum syariah, dan mempertahankan karakter
Islam Afganistan (Andrew R Smith, 2011).
Baca Juga:
Taliban: Tugas Wanita Itu Melahirkan, Bukan Jadi Menteri
Tetapi, kenyataannya, pada November 1994,
mereka menjadi gerakan fundamentalis dan muncul sebagai kekuatan politik dan
militer.
Mereka tak lagi menggunakan taktik gerilya, melainkan
menjadi pasukan semi-reguler untuk melakukan pertempuran konvensional.
Gerakan ini beranggotakan para siswa, pemuda pedesaan
etnis Pashtun (di Afghanistan Selatan dan Barat), berpendidikan rendah, miskin,
yang sebagian besar direkrut dari kamp-kamp pengungsi dan sekolah agama,
madrasah di Pakistan (Maryam Jami, 2020).
Baca Juga:
Taliban Izinkan Perempuan Afghanistan Kuliah, Tapi…
Kelahiran kelompok ini mendapat dukungan Pakistan,
yang berusaha mengamankan rute perdagangan ke Asia Tengah.
Setelah merebut Kabul (1996), mereka berkuasa
hingga disingkirkan AS pada 2001.
Meski kekuasaannya diruntuhkan AS, lewat Operation Enduring Freedom, mereka tak
mati, hanya kehilangan kekuasaan.