"Pesawat itu melaju di ketinggian 29.000 kaki, tapi kemudian mulai menurun dengan tajam. Pesawat itu turun ke ketinggian 21.000 kaki dalam waktu 70 detik," ujar Shahidi.
"Pesawat itu berhenti menurun di ketinggian 7.400 kaki dan bisa naik ke ketinggian sekitar 8.600 kaki sebelum akhirnya mulai turun lagi," pria berkepala plontos itu menambahkan.
Baca Juga:
Pesawat Jazirah Aviation Terjatuh di Laut UEA, Dua Nyawa Melayang
Sementara itu, pakar penerbangan Neil Hansford menyebut jatuhnya pesawat China Eastern dalam posisi vertikal dengan hidung terlebih dulu menghujam tanah, harusnya memberi petunjuk apa yang saat itu sedang terjadi.
"Pesawat itu jatuh seperti batu. Jika saat itu ada masalah dengan kecepatan, harusnya pesawat sedikit terlontar beberapa derajat saat jatuh," ujar Hansford.
"Ini pesawat turun langsung ke bawah, seperti habis ditembak oleh pihak militer, atau ada intervensi pilot, atau ada tabrakan. Tapi sepertinya itu tidak mungkin terjadi," kata dia.
Baca Juga:
Kecelakaan Tragis di Brasil, 62 Orang Tewas dalam Insiden Pesawat Voepass
Dr Shahidi menyebut saat ini otoritas berwenang harus fokus dalam menemukan Flight Data Recorder dan Voice Data Recorder di dalam pesawat itu.
"Semakin cepat flight recorder itu ditemukan, semakin cepat pula kita bisa mengetahui apa yang terjadi. Mereka akan mencari tahu sejarah pesawat ini yang mana masih sangat sangat baru, baru berusia 7 tahun," ujar Shahidi. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.