WahanaNews.co | Buletin mingguan yang
dipublikasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terbaru mengungkapkan varian
baru Covid-19 yang disebut varian Lambda.
Pertama
kalinya, varian virus Corona ini teridentifikasi di Peru pada Agustus 2020 lalu.
Baca Juga:
Berikut Tips Pencegahan Cacar Monyet Agar Tidak Tertular
Varian
baru virus Corona ini dilabeli sebagai Variant of Interest oleh WHO pada 14 Juni 2021 berdasarkan garis
keturunan Pango C.37, klad GISAID GR/452Q, klad NextStrain 20D.
Dilansir
dari India Today, Sabtu (19/6/2021),
WHO menyebut dalam buletin tersebut bahwa varian Lambda sejak terdeteksi
pertama kali di Peru, telah dilaporkan menyebar di 29 negara di dunia.
Termasuk
di antaranya menyebar di sebagian Amerika Latin, seperti Argentina dan Cile.
Baca Juga:
Muncul di Jakarta hingga Kaltara, Covid-19 JN.1 Tembus 112 Kasus
Lambda Ditetapkan
sebagai Variant of Interest
Akhirnya, WHO menetapkan varian C.37 itu dengan label Lambda
dan termasuk ke dalam Variant of Interest
(VOI) global, yang artinya varian baru Covid-19 ini mendapat perhatian meski
belum dianggap mengkhawatirkan.
Berdasarkan
buletin WHO tersebut, dari semua kasus Covid-19 yang terjadi di Peru sejak
April 2021, sebanyak 81 persen kasus berkaitan dengan varian Lambda.
Sementara
di Argentina, varian Lambda telah berkontribusi terhadap peningkatan kasus
Covid-19 di negara tersebut mencapai 37 persen.
Prevalensi
varian virus Corona ini terjadi sejak minggu ketiga Februari 2021, antara 2
April dan 19 Mei 2021.
Sedangkan
di Cile, prevalensi varian Lambda terus meningkat dari waktu ke waktu.
Sedikitnya,
varian baru Covid-19 ini berkontribusi terhadap 32 persen kasus Covid-19 secara
yang dilaporkan berturut-turut dalam 60 hari terakhir.
Peredaran
varian baru ini bersamaan dengan varian Gamma, tetapi persebaran varian Lambda
disebut lebih unggul dari varian Alpha di negara tersebut.
WHO
mengatakan bahwa varian Lamda telah dipantau "sebagai peringatan untuk waktu yang
lama".
Berdasarkan
informasi lebih lanjut, dan penilaian yang diperbarui, varian Covid-19 tersebut
sekarang dianggap memenuhi kriteria sebagai VOI berdasarkan bukti yang
berkelanjutan dan dugaan implikasi fenotipik.
Dugaan
implikasi tersebut antara lain seperti potensi peningkatan penularan
(transmisibilitas), yakni kemungkinan peningkatan resistensi terhadap antibodi
penawar, dalam hal ini vaksin Covid-19.
Artinya,
kemungkinan varian Lambda berpotensi menghindari antibodi penetral yang
dihasilkan oleh vaksin Covid-19, mirip dengan kemampuan varian virus Corona
Beta dari Afrika Selatan.
Hal ini
ditandai dengan adanya beberapa mutasi protein spike yang terkandung dalam mutasi varian Lambda.
Di
antaranya G75V, T76I, del247/253, L452Q, F490S, D614G dan T859N.
Namun,
hingga saat ini, bukti yang ada masih terbatas terkait dampak penuh yang terkait
dengan perubahan genom ini.
Oleh
sebab itu, dalam buletin tersebut, WHO menilai perlunya studi lebih lanjut yang
kuat tentang dampak fenotipik dari varian Lambda.
Tujuannya,
untuk lebih memahami dampak pada tindakan pencegahan dan untuk mengontrol penyebaran.
Studi
lebih lanjut juga diperlukan untuk memvalidasi efektivitas vaksin Covid-19 yang
berkelanjutan, termasuk efektivitas vaksin terhadap varian Lambda ini. [dhn]