Bunyinya,
"Kami mengutuk pernyataan murni egois Kedutaan Besar China dalam segala
hal. China sejauh ini tetap diam dan tidak mengutuk kudeta militer, meskipun
ratusan orang kehilangan nyawa selama protes damai."
Pernyataan
Kedutaan Besar China tidak diragukan lagi telah meningkatkan kebencian
anti-China di Myanmar dan memperumit pengaruh moderasi yang mungkin dimiliki
Beijing terhadap pihak-pihak yang terlibat konflik.
Baca Juga:
Bertahan di Rakhine, Etnis Rohingya Seolah Hidup Tanpa Harapan
ASEAN Tuntut Tindakan Akhiri kekerasan
Sementara
itu, beberapa tetangga Myanmar di Asia Tenggara, yang menyimpang dari
pengekangan tradisional mereka, mengambil sikap untuk pertama kalinya.
Baca Juga:
Aung San Suu Kyi Divonis 6 Tahun Penjara
Presiden
Indonesia, Joko Widodo, misalnya, menyerukan segera diakhirinya
kekerasan dan mengumumkan bahwa ia bersama dengan Brunei akan melakukan pertemuan
khusus Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Brunei
adalah ketua blok regional saat ini.
Perdana
Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin, mengungkapkan "rasa geram pada kekerasan mematikan yang
terus berlanjut terhadap warga sipil tak bersenjata," sementara Singapura
menyuarakan ketidaksetujuan atas tindakan tentara Myanmar.