“Keputusan anggaran dibuat pada tingkat yang lebih tinggi sehingga Anda harus memilih antara kesiapan atau investasi masa depan Anda,” papar Hill.
“Baiklah, izinkan saya mengajukan pertanyaan dengan cara lain: katakanlah apa yang terjadi pada tanggal 14 April (serangan rudal dan drone balasan Iran terhadap Israel, red) terjadi di Samudra Arktik, 300 rudal, drone, UAV melintasi Samudra Arktik menuju Kanada dan Amerika Utara. Bisakah kita melakukan apa yang Israel dan kita serta negara-negara lain lakukan, bisakah kita menghancurkan 99 persen rudal yang masuk?” tanya King.
Baca Juga:
Rusia Serang Infrastruktur Energi Ukraina
“Tidak ada ketua,” jawab Jenderal Angkatan Udara Gregory Guillot, komandan Komando Utara AS dan Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara (NORAD).
“Itu mengkhawatirkan,” ujar King. “Apa kesenjangannya, apakah kesenjangan pencegat, apakah kesenjangan sensor? Kenapa mereka bisa melakukannya di sana dan kita tidak bisa melakukannya di sini?” tanya dia.
“Salah satu alasannya, Pak Ketua, adalah karena mereka mempunyai pasukan yang dikerahkan. Jadi saat ini kami memiliki kemampuan dalam layanan tersebut tetapi mereka tidak ditugaskan ke wilayah tanggung jawab Northcom,” ujar Guillot.
Baca Juga:
Penasihat Zelensky Mundur Gara-gara Urusan Rudal Rusia
King menambahkan, "Selain itu, jumlah aset pertahanan yang dimiliki AS saat ini di kawasan tersebut tidak akan cukup untuk menghadapi serangan sebesar yang dapat dilakukan oleh Iran."
Dia menyoroti bahwa kemampuan pertahanan rudal AS di kawasan itu sebenarnya ditujukan untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara, bukan Rusia atau China yang merupakan ancaman utama saat ini.
King bertanya berapa harga satu Ground-Based Interceptor (GBI), sistem rudal anti-balistik berbasis darat AS. Hill menjawab bahwa harganya sekitar $80-85 juta per rudal.