WahanaNews.co | Amerika serius merespon ketegangan antara Rusia dan Ukraina, sampai Amerika mengirimkan pasukannya ke Eropa Timur.
Serta Amerika Serikat (AS) mengklaim pihaknya melihat indikasi Rusia telah menyimpan pasokan darah di dekat perbatasan Ukraina.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Indikasi ini pertama kali dilaporkan oleh Reuters.
Disebutkan bahwa pasokan darah diperlukan untuk mengobati korban jika konflik di antara kedua negara meletus.
Hal ini menambah kekhawatiran AS terhadap Rusia yang dinilai bisa meluncurkan serangan ke Ukraina dalam waktu yang sangat singkat.
Baca Juga:
Gagal Menyentuh Pemilih, Harris Kalah Telak Meski Kampanye Penuh Serangan ke Trump
Salah seorang pejabat AS, mengingatkan bahwa kehadiran pasokan darah di perbatasan Ukraina tak menjadi indikator mutlak dari invasi.
Pasokan darah menjadi salah satu elemen di antara banyak hal yang dipantau AS saat Rusia terus membangun pertahanannya di perbatasan.
Pada bulan lalu, Rusia dilaporkan telah membuat jalur pasokan seperti unit medis dan bahan bakar yang diperlukan di tengah konflik.
Namun, Ukraina membantah indikasi tersebut.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Maliar mengatakan bahwa indikasi tersebut tidak benar.
"Informasi ini [Rusia menyimpan pasokan darah] tidak benar. Tujuan dari informasi tersebut hanyalah untuk menyebarkan kepanikan dan ketakutan di tengah masyarakat," ujar Maliar, dalam sebuah unggahan di Facebook.
AS mengatakan bahwa Ukraina telah meremehkan ancaman dengan cara yang salah.
Cara Ukraina dalam merespons dinilai bisa membuat negara tersebut tak siap menghadapi serangan Rusia yang dinilai sangat potensial.
"Kami memahami posisi sulit [Ukraina]. Presiden Volodymyr elensky berada di bawah tekanan," ujar seorang pejabat Gedung Putih.
Namun, lanjut dia, pada saat yang bersamaan, Presiden Ukraina meremehkan risiko invasi.
Sebagaimana diketahui, ketegangan tengah meningkat antara Ukraina dan Amerika Serikat, seiring dengan adanya penilaian intelijen AS yang mengatakan bahwa Rusia tengah mempersiapkan serangan besar-besaran ke Ukraina.
Sebelumnya, AS juga mengatakan bahwa Rusia terus menambah pasukan dan alat tempurnya ke perbatasan Ukraina secara signifikan.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina semakin memanas sejak Moskow dituduh tengah mempersiapkan invasi ke negara bekas pecahan Uni Soviet itu dalam waktu dekat.
Rusia dilaporkan telah menempatkan lebih dari 127 ribu pasukan di perbatasan Ukraina. Rusia juga disebut telah mengirimkan lebih banyak alat militer ke perbatasan.
Padahal, AS dan negara Eropa lainnya telah melayangkan ultimatum keras soal konsekuensi berat dan sanksi jika Presiden Rusia Vladimir Putin terus bergerak melancarkan invasi ke Ukraina.
Pada Desember lalu, intelijen AS memperkirakan Rusia bakal menyerang Ukraina pada awal 2022. [bay]