Pada fase pertama rencana tersebut, gencatan senjata yang mulai berlaku pada 10 Oktober berhasil menghentikan pertempuran berskala besar antara Israel dan Hamas.
Kesepakatan ini juga mencakup pembebasan sandera oleh Hamas serta pembebasan tahanan Palestina oleh pihak Israel sebagai bagian dari upaya membangun kepercayaan kedua belah pihak.
Baca Juga:
Langkah Agresif Baru Trump: Jaringan Maduro Masuk Daftar Teroris Asing
Gedung Putih menyatakan bahwa sebagian besar proses perencanaan dilakukan secara tertutup guna memastikan terciptanya perdamaian yang berkelanjutan dan mencegah eskalasi konflik di masa mendatang.
Dalam perkembangan terpisah, Indonesia menyatakan kesiapan untuk mengerahkan hingga 20.000 personel ke Gaza, dengan penugasan utama di bidang layanan kesehatan, rekonstruksi, dan pembangunan infrastruktur sipil.
Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa rencana pengiriman personel tersebut masih berada pada tahap perencanaan, termasuk penyusunan struktur organisasi dan mekanisme penugasan pasukan.
Baca Juga:
Dua Pelaku Pencurian Di SDN 01 Sengeti Di Ciduk Unit Reskrim Sekernan
Berdasarkan skema yang tengah disusun, ISF akan lebih dahulu ditempatkan di wilayah Gaza yang saat ini masih berada di bawah kendali militer Israel.
Penarikan pasukan Israel direncanakan dilakukan secara bertahap seiring dengan tercapainya tingkat stabilitas keamanan yang memadai.
Resolusi Dewan Keamanan PBB yang disahkan pada 17 November memberikan mandat kepada ISF untuk bekerja sama dengan kepolisian Palestina yang telah mendapatkan pelatihan dan proses verifikasi.