Wakil Ketua Umum/Kepala Badan Bela Negara FKPPI dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menuturkan, Presiden Prabowo menyinggung pula rencana pembangunan tanggul laut raksasa atau giant sea wall untuk menghadapi ancaman perubahan iklim. Data terbaru mencatat pesisir utara Jakarta mengalami penurunan tanah hingga lebih dari 10 cm per tahun, sementara kenaikan muka laut global terus mengancam. Apabila berhasil, proyek ini akan menempatkan Indonesia sejajar dengan negara-negara maju yang sudah lebih dulu membangun sistem perlindungan pesisir skala besar, seperti Belanda dan Jepang.
"Gagasan ini sangat ambisius dan berpotensi menjadi landmark infrastruktur iklim global jika dijalankan dengan baik. Tembok laut raksasa bisa menjadi solusi proteksi jika dipadukan dengan tindakan mitigasi lokal, yakni pengendalian ekstraksi air tanah, restorasi mangrove, dan relokasi terencana.” papar Bamsoet.
Baca Juga:
Menyelaraskan kebijakan Institusi Negara dengan Visi-Misi Presiden
Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Alumni Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjajaran ini menambahkan, selain isu global, Presiden Prabowo menegaskan ambisi menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Visi tersebut mempunyai dasar yang kuat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi beras nasional tahun ini diproyeksikan menembus 31 juta ton, sementara cadangan pangan pemerintah meningkat.
"Pidato Presiden Prabowo di PBB adalah momentum penting bagi transformasi Indonesia. Kita bukan lagi sekadar bangsa yang bersuara, tetapi bangsa yang siap menawarkan solusi. Dari perdamaian Gaza, tanggul laut, hingga lumbung pangan, Indonesia menunjukkan kapasitas untuk berpikir global sekaligus bertindak nyata,” pungkas Bamsoet.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.