Masyarakat Buddha percaya pada reinkarnasi. Di samping itu, setiap orang dapat bereinkarnasi sebagai jenis kelamin apa pun. Menurut pemikiran Buddhisme, setiap individu bisa menjadi transgender, dalam satu atau lain kehidupan. Oleh karena itu, menjadi seorang transgender bukanlah penyimpangan, melainkan takdir bagi mereka.
Melansir Sindonews, masyarakat Thailand juga percaya bahwa transgender adalah orang berdosa yang ingin menebus dosa-dosa mereka.
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
Bukan hanya terbatas pada kepercayaan, menjamurnya transgender di Thailand juga terjadi karena kondisi negara yang lebih terbuka dan menerima berbagai hal terkait LGBT.
Melansir Medium, masyarakat Thailand jauh lebih bebas menerima toleransi dan perbedaan, termasuk dalam hal jenis kelamin dan identitas gender. Mereka juga bebas mengekspresikan diri dan bangga untuk tampil beda.
Ditambah lagi, terapi penggantian hormon dan operasi plastik adalah hal yang sudah biasa dan tidak diatur secara ketat di Thailand. Terapi penggantian hormon dapat dibeli tanpa resep dan tersedia di setiap apotek.
Baca Juga:
ASEAN+3 Tandatangani MoU untuk Perangi Kejahatan Siber Lintas Batas
Banyak transgender Thailand memulai terapi penggantian hormon sejak usia 12 tahun. Obat hormon tersebut tersedia dalam bentuk pil kontrasepsi dan suntikan.
Operasi plastik juga sangat populer di Thailand, mulai dari memutihkan kulit hingga operasi wajah dan tubuh, juga dapat dilakukan di Thailand.
Bahkan saat ini, gender yang diakui mereka tidak hanya wanita dan pria saja. Di Thailand terdapat 18 gender yang menjadi identitas masyarakat negara tersebut.