Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin sempat marah kepada salah seorang 'pengamat Rusia' yang dihadirkan dalam sebuah diskusi di salah satu Universitas Negeri di Jakarta, baru-baru ini. Vasyl menyebut orang tersebut orang itu ahistoris, tidak ilmiah, dan propaganda komunis soviet.
Demikian pula dengan seorang akademisi lainnya yang menulis artikel dengan berulang kali menyebut propaganda Rusia. Bahwa invasi Rusia ke Ukraina hanya 'operasi militer yang bertujuan untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi'. Hal itu sejalan dengan narasi resmi pemerintah Rusia.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
"Narasi yang dibangun, presentasinya, sama persis dengan argumen Pemerintah Rusia, bahwa tidak ada perang, yang ada hanyalah operasi militer. Logika dan kalimat yang digunakan sama persis," ucap Radit.
Aspek penting lain yang mendorong banyaknya pandangan pro-invasi Rusia di Indonesia adalah minimnya akses informasi di masyarakat. Hal itu dipicu keterbatasan media untuk mengirimkan jurnalis ke lokasi konflik hingga menghasilkan berita yang kredibel.
Persoalan itu juga tak lepas dari rendahnya literasi digital masyarakat Indonesia. Bias informasi menjadi hal berbahaya jika dikonsumsi mentah-mentah.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
"Literasi digital kita memang masih rendah, masyarakat kita tidak dibiasakan mengecek sumber informasi yang lebih dalam dan kredibel," ucapnya.
Radit menjelaskan, sentimen Indonesia yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina juga didasari oleh kekecewaan terhadap negara-negara Barat yang cenderung bertoleransi terhadap konflik Israel dan Palestina.
Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap Rusia segera setelah invasi dimulai.