Dikenal sebagai pembela gigih hak-hak Palestina, Paus Fransiskus semasa hidupnya menjalin komunikasi rutin dengan komunitas Katolik di Gaza yang kerap menjadi korban kekerasan.
Ia bahkan secara teratur menelepon Pastor di Gereja Keluarga Kudus, satu-satunya gereja Katolik di Gaza, untuk menyampaikan doa dan dukungan.
Baca Juga:
Mikrofon Bocor di KTT Gaza, Percakapan Prabowo dan Trump Soal Eric Jadi Sorotan
Dalam khotbah terakhirnya sebelum wafat pada 21 April lalu, Paus Fransiskus kembali menyerukan penghentian agresi Israel ke Gaza dan menyampaikan dukungan kuat untuk bangsa Palestina.
Warisan simpatinya tak berhenti di situ, kendaraan kepausannya, “popemobile,” disumbangkan sebagai klinik keliling untuk anak-anak di Gaza.
Berbeda dengan Paus Fransiskus yang lantang menyuarakan keprihatinan, hingga saat ini Paus Leo XIV belum banyak mengeluarkan pernyataan publik terkait Gaza.
Baca Juga:
Trump Akui AS Izinkan Hamas Persenjatai Diri Kembali untuk Periode Tertentu
Hal ini memicu tanda tanya: apakah ia akan mengikuti jejak spiritual pendahulunya dalam membela Gaza, atau mengambil pendekatan yang berbeda?
Namun, Leo XIV bukan tanpa rekam jejak keberpihakan. Ia pernah mengecam kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump yang keras dan secara terbuka menolak praktik deportasi massal.
Ini menunjukkan bahwa Paus Leo XIV tidak segan menyuarakan kritik terhadap ketidakadilan, termasuk yang berasal dari negaranya sendiri.