WahanaNews.co | Perang Rusia dan Ukraina masih terus berlanjut. Tetapi fakta baru muncul pada Kamis (21/4/2022) kemarin.
Bendera kemenangan Uni Soviet di Perang Dunia II (World War II) dilaporkan mulai dikibarkan di seluruh wilayah yang berhasil diduduki Rusia di Ukraina.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Dalam beberapa video yang beredar, tentara Kremlin disebut telah mengibarkan bendera warna merah bergambar palu dan arit di wilayah Kherson dan Kreminna, yang sebelumnya memang telah dikuasai pasukan Presiden Vladimir Putin.
Sebagai informasi, Kherson sendiri sudah diduduki Rusia sejak awal Maret. Sedangkan Kreminna dikendalikan separatis yang didukung Rusia di awal pekan ini.
"Bendera juga ditempatkan di atas gedung dewan regional di kota Henichesk yang diduduki Rusia di provinsi Kherson," tulis media CNN International.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
"Sebuah patung mantan pemimpin Soviet Vladimir Lenin dipasang kembali di depan gedung dewan awal pekan ini."
Hal ini diyakini terkait perayaan Hari Kemenangan Rusia di Perang Dunia II, 9 Mei nanti. Putin disebut Barat akan mengumumkan kemenangan di Ukraina saat itu.
"Pasukan Rusia dalam tekanan untuk mencapai apapun menjelang perayaan Hari Kemerdekaan 9 Mei Rusia," kata dua sumber pejabat Eropa dikutip laman yang sama.
Biasanya di Hari Kemenangan itu, Rusia menandainya dengan parade militer di Lapangan Merah. Termasuk pidato resmi dari Putin.
Kementerian Pertahanan Inggris dalam pembaruan intelijennya mengatakan Rusia kemungkinan ingin menunjukkan "keberhasilan signifikan" 9 Mei nanti.
"Ini mempengaruhi seberapa cepat dan kuat mereka berusaha untuk melakukan operasi menjelang tanggal ini," kata kementerian dimuat CNBC International.
"Aktivitas udara Rusia tingkat tinggi bertahan saat Rusia berusaha memberikan dukungan udara jarak dekat untuk serangannya di Ukraina timur, untuk menekan dan menghancurkan kemampuan pertahanan udara Ukraina," tambah kementerian itu.
Rusia telah menyerang Ukraina sejak 24 Februari. Akibatnya 2.000 lebih warga tewas dan 5 juta kini mengungsi.
Serangan menimbulkan masalah baik di sektor energi maupun pangan. Kedua negara adalah lumbung gandum dunia dan Rusia adalah pengekspor migas besar dunia.
Serangan sendiri sudah berlangsung 54 hari dan belum ada tanda-tanda gencatan senjata dilakukan. AS dan sekutu juga terus memberi sanksi ke Rusia, tak hanya menyasar individu, keuangan dan perbankan, tapi juga sektor energinya.
Sementara itu, Rusia menyatakan bahwa perang sebenarnya bisa segera diakhiri. Serangan bisa berakhir bila wilayah Donbass dapat "dibebaskan" dan Kiev mau benar-benar mengakhiri niatnya untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
"Di antaranya adalah perlindungan penduduk Donbass yang damai, demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, serta hilangnya ancaman Rusia dari rencana Ukraina untuk bergabung ke NATO," ujar Kepala Departemen (Commonwealth of Independent States) CIS II Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexey Polishchuk, dalam sebuah wawancara dengan TASS, Kamis. [qnt]