Netanyahu, yang merupakan PM terlama Israel, telah membantah melakukan kesalahan apa pun.
Dia mengeklaim menjadi korban “perburuan penyihir” yang diatur secara politik oleh para pesaingnya dan media untuk memecatnya dari jabatan.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Pengadilan ini dimulai pada bulan Mei 2020 dan mengalami penundaan berulang kali karena pertikaian antara pihak pembela dan penuntut, serta dampak pandemi Covid-19.
Sementara itu, Netanyahu diakui menggunakan perangkat hukum yang ada untuk menghindari masalah hukumnya.
Terkait rencana kontroversialnya untuk mengubah sistem peradilan, Israel mengalami gelombang protes sebelum serangan oleh Hamas pada 7 Oktober.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Para kritikus menyatakan bahwa reformasi peradilan yang diusulkan Netanyahu dapat mempolitisasi sistem peradilan dan mengancam independensinya, berpotensi memicu korupsi dan merugikan ekonomi Israel.
Meskipun demikian, Netanyahu tetap mempertahankan niatnya untuk mereformasi, menolak protes, dan menyatakan bahwa tujuannya adalah mengembalikan keseimbangan yang tepat di antara tiga cabang
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.