“Berita palsu CNN, bersama dengan New York Times yang gagal, telah bekerja sama dalam upaya untuk mengkerdilkan salah satu serangan militer paling berhasil dalam sejarah,” tulis Trump dengan huruf kapital di media sosial Truth Social miliknya.
Trump bersikukuh bahwa situs nuklir di Iran telah “hancur total”, berlawanan dengan laporan media yang merujuk pada hasil penilaian intelijen. Ia menilai pemberitaan itu sebagai bentuk ketidakadilan terhadap para pilot dan tentara yang menjalankan misi tersebut.
Baca Juga:
Iran Ubah Teknologi Tesla Jadi Kendaraan Peluncur Rudal, AS Langsung Berang
Pemerintahan Trump pun menolak mentah-mentah laporan yang menyebut serangan itu tidak menghancurkan infrastruktur nuklir Iran. Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengecam kebocoran informasi intelijen yang dinilainya sebagai serangan politik terhadap Presiden Trump.
“Kebocoran penilaian yang dituduhkan ini merupakan upaya yang jelas untuk merendahkan Presiden Trump, dan mendiskreditkan pilot pesawat tempur pemberani yang melakukan misi yang dieksekusi dengan sempurna untuk meluluhlantakkan program nuklir Iran,” tulis Leavitt melalui akun resminya di platform X.
“Semua orang tahu apa yang terjadi ketika Anda menjatuhkan 14 bom seberat 13,6 ton dengan sempurna pada target mereka—pemusnahan total,” tambahnya.
Baca Juga:
Dihantam Rudal Iran, Qatar Kaget Tapi Tetap 'Peluk' Teheran
Dalam pernyataan terpisah di atas Air Force One, Trump menegaskan bahwa ketiga fasilitas nuklir utama Iran menjadi sasaran dan telah dihancurkan.
Ia menyebut laporan yang bertentangan dengan versi pemerintahannya sebagai penghinaan terhadap militer AS.
“Sejumlah muatan penuh bom dijatuhkan di Fordo. Fordo sudah lenyap,” tulis Trump.