Selain membahas lemak hewan, Gates juga menyoroti dampak lingkungan dari minyak sawit, yang banyak digunakan dalam makanan, kosmetik, hingga produk kebersihan.
Ia menjelaskan bahwa produksi minyak sawit, terutama di Indonesia dan Malaysia, telah menyebabkan deforestasi besar-besaran.
Baca Juga:
3 Pekerjaan Paling Kebal AI, Diungkap Pendiri Microsoft
"Pada 2018, kerusakan hutan di Indonesia dan Malaysia saja sudah cukup untuk menyumbang 1,4% dari total emisi global—angka yang lebih besar dari seluruh emisi negara bagian California dan hampir setara dengan industri penerbangan dunia," papar Gates.
Ia mengakui bahwa minyak sawit sulit digantikan karena harganya murah, tidak berbau, dan mudah didapat.
Namun, sejumlah perusahaan telah berupaya menciptakan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah C16 Bioscience, yang sejak 2017 mengembangkan minyak sawit sintetis berbasis fermentasi mikroba ragi liar.
Baca Juga:
Disebut Pahlawan Anti Demam Berdarah, Inilah Nyamuk Wolbachia
"Minyak ini sepenuhnya alami, tetapi tumbuh dari jamur di laboratorium, bukan dari pohon di hutan," jelasnya.
Gates menekankan bahwa solusi berbasis teknologi seperti ini dapat membantu mengurangi ketergantungan pada deforestasi dan menekan emisi global.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.