“Penilaian yang dituduhkan ini jelas-jelas salah dan diklasifikasikan sebagai 'sangat rahasia' tetapi tetap saja dibocorkan ke CNN oleh seorang pecundang anonim dan rendahan di komunitas intelijen. Kebocoran penilaian yang dituduhkan ini adalah upaya yang jelas untuk merendahkan Presiden Trump, dan mendiskreditkan pilot pesawat tempur pemberani yang melakukan misi yang dieksekusi dengan sempurna untuk menghancurkan program nuklir Iran. Semua orang tahu apa yang terjadi ketika Anda menjatuhkan empat belas bom seberat 30.000 pon dengan sempurna pada target mereka: pemusnahan total,” kata Leavitt.
Militer AS menyebut operasi tersebut sebagai "keberhasilan luar biasa", tetapi laporan intelijen dan analisis independen menunjukkan sebaliknya.
Baca Juga:
IAEA: Situs Nuklir Iran Hancur Parah Dihantam Rudal AS
Bahkan Israel, yang melancarkan serangan awal ke beberapa situs nuklir Iran sebelum intervensi AS, mengakui bahwa kerusakan di situs Fordow jauh lebih sedikit dari yang diperkirakan.
Meski begitu, pejabat Israel percaya bahwa operasi gabungan dengan AS telah memperlambat program nuklir Iran selama dua tahun, meskipun mereka juga pernah menyatakan sebelumnya bahwa Iran memang sudah melambat dalam dua tahun terakhir.
Bom penghancur bunker Massive Ordnance Penetrators dijatuhkan oleh pesawat B-2 AS di dua fasilitas: Fordow dan Natanz.
Baca Juga:
Tak Lagi Sendirian, Ini 3 Negara Kuat yang Kini Bela Iran Lawan Israel
Namun menurut sumber CNN, kerusakan terbesar justru terjadi pada bangunan di atas tanah, termasuk infrastruktur listrik dan fasilitas konversi uranium, bukan di ruang bawah tanah tempat fasilitas utama berada.
Pakar senjata dari Middlebury Institute of International Studies, Jeffrey Lewis, menguatkan temuan itu setelah menganalisis citra satelit.
“Gencatan senjata terjadi tanpa Israel atau Amerika Serikat mampu menghancurkan beberapa fasilitas nuklir bawah tanah utama, termasuk di dekat Natanz, Isfahan, dan Parchin,” ujarnya.