WahanaNews.co | Ternyata, koalisi pemerintahan Israel memilih untuk membubarkan Parlemen dalam minggu depan.
Kondisi ini membuat pemerintahan bubar dan mengirim negara itu ke Pemilihan Umum kelima dalam tiga tahun.
Baca Juga:
Senator AS Dukung Penuh Surat Perintah ICC Terkait Penangkapan Netanyahu
“Akibat usaha melelahkan untuk menstabilkan koalisi, Perdana Menteri Naftali Bennett dan Yair Lapid memutuskan menyerahkan proposal membubarkan parlemen pekan depan,” sebut keterangan dua politikus Israel, seperti dikutip The New York Times, Selasa (21/6/2022).
Keputusan itu memberikan garis hidup politik kepada Benjamin Netanyahu, mantan Perdana Menteri yang lengser Juni tahun lalu dalam jajak pendapat.
Ini mengikuti minggu kelumpuhan yang disebabkan oleh pembelotan dua anggota parlemen pemerintah sayap kanan dan seringnya pemberontakan oleh tiga orang lainnya, menyingkirkan mayoritas koalisi di Parlemen dan membuatnya sulit untuk memerintah.
Baca Juga:
Jerman Siap Ikuti Perintah ICC untuk Tangkap PM Israel Benjamin Netanyahu
“Diperkirakan akan diadakan pada musim gugur, pemilihan itu akan menjadi yang kelima bagi Israel sejak April 2019,” imbuh laporan itu.
Pemilu datang pada saat yang sudah tegang bagi negara itu, setelah meningkatnya serangan Palestina terhadap Israel memberi tekanan pada pemerintah dan di tengah eskalasi dalam bayangan perang antara Israel dan Iran.
Ketentuan perjanjian koalisi saat ini menentukan bahwa jika pembelotan sayap kanan mendorong pemilihan awal, Yair Lapid, Menteri Luar Negeri, akan mengambil alih sebagai Perdana Menteri Sementara di saat PM Naftali Bennett akan mundur.