Tak Akan Melupakan
Kekejaman Taliban
Baca Juga:
Bio Farma Hibahkan 10 Juta Dosis Vaksin Polio untuk Afghanistan
"Hidup di bawah Taliban itu seperti hidup di neraka
yang bergerak ke lubang hitam penuh keputusasaan. Ibu saya, mengkhawatirkan
hidup kami, memutuskan untuk meninggalkan Afghanistan dan membawa kami ke
Mashhad, Iran," ucap Friba.
Pada 2004, ketika keadaan membaik di Afghanistan, dirinya
sempat pulang. Dia mengaku ingin melanjutkan pendidikan dan membuat sesuatu
yang berarti bagi dirinya.
"Ayah punya harapan pada kami, untuk kami penuhi. Saya
masih ingat senyum manisnya, dan saya masih punya pena yang pernah ia berikan
pada saya. Kami tak bisa menangisinya, dan kami tak akan melupakannya,"
ucapnya.
Baca Juga:
Afghanistan Kembali Gempa Bumi Berkekuatan 6,3 Magnitudo
"Saat kami melihat berita Taliban mengambil alih
kekuasaan Afghanistan lagi, saya khawatir sejarah yang kami alami akan
terulang," sambung Friba.
Friba yang sudah menikah dan tinggal di Inggris khawatir
dengan ibu dan saudara-saudaranya yang masih ada di Afghanistan. Dia juga
khawatir dengan nasib jutaan keluarga yang diperkirakannya akan menderita.
"Satu-satunya kejahatan mereka adalah lahir di
Afghanistan." [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.