WahanaNews.co | Saat berusaha mengevakuasi keluarganya secara mandiri dari Kyiv ke tempat yang lebih aman, seorang ibu dua anak dtembak mati tentara Rusia.
Svitlana Zhulina berada di dalam mobil bersama keluarganya. Di samping dia ada sang suami, Andriy Vilson, sementara dua anak mereka yang berusia 8 dan 10 tahun duduk di kursi belakang.
Baca Juga:
Rusia 'Eksekusi' Mati Tentaranya yang Menyerah Pakai Meriam
Mereka berkendara sepanjang Zhytomyr Highway menuju arah barat, ke Lviv pada 1 Maret lalu.
Tiba-tiba, Vilson mendengar suara ledakan yang begitu keras. Peluru penembak jitu itu telah mengenai kepala Zhulina yang jatuh menimpa sang suami.
Vilson sontak menghentikan mobil dan berusaha menyelamatkan keluarga.
Baca Juga:
Pertempuran Sengit, Rusia Lumat 9 Tank Ukraina Termasuk 4 Leopard-2
"Itu adalah (peristiwa) menakutkan bagi anak-anak. Peluru mengenai kaca depan dan ibu mereka yang ada di sana beberapa saat lalu telah meninggal," kata Vilson dikutip Kyiv Independent pada Kamis (17/3/2022).
Pintu mobil terkunci, sehingga ia keluar melalui jendela dan mulai membawa anak-anaknya keluar dari kendaraan itu.
"Saya mengambil Artem (anak pertama) dulu. Dan mereka menembak saya di kaki kanan. Saya menyembunyikan Artem di belakang mobil sehingga mereka tidak bisa menembaknya," kata Vilson.
Vilson kemudian kembali masuk ke mobil untuk menyelamatkan Myroslav, anak bungsunya.
"Myroslav bertahan. Dia melihat kaki saya, melihat lubang besar di dalamnya, dan berkata: 'Ayah, ada lubang.' Dan saat itu para bajingan (tentara Rusia) itu menembaknya di kaki, " tutur Vilson.
Saat dia menyembunyikan Myroslav, tentara Rusia menembak kaki kirinya. Vilson kemudian terjatuh.
Vilson dan kedua anaknya terbaring di tanah di samping mobil mereka.
"Rusia terus menembaki mobil itu, Mereka ingin menargetkan anak-anak," katanya.
Ia lalu meminta kedua anaknya agar pura-pura mati. Namun, saat tank-tank Rusia melewati mereka, tentara mulai sweeping. Vilson merasa tak ada gunanya berpura-pura mati lagi.
"Ketika tentara Rusia melihat parahnya luka (anak-anak), mereka terkejut," kata Vilson.
Mereka kemudian mulai memeriksa smartphone Vilson untuk melihat apakah dia telah memberi tahu militer Ukraina soal pergerakan pasukan Rusia.
Namun tentara Rusia itu tak menemukan apa-apa, katanya. Mereka lalu mendiskusikan apa yang harus dilakukan terkait keluarga Vilson.
"Saya mengalami pendarahan hebat. Mereka menyadari bahwa mereka perlu melakukan sesuatu," katanya.
Mereka mencoba memanggil petugas medis, tetapi tidak ada yang datang. Akhirnya, mereka memasang torniket di kaki Vilson.
"Mereka memberi tahu saya, 'Anda punya dua anak untuk diurus.' Saya menjawab, 'Terima kasih'," kenang Vilson.
"Mereka kemudian berkata: 'Tetap saja, jangan mati'. Saya menjawab, "Saya coba (bertahan). Biarkan saya menyelamatkan anak-anakku."
Tentara Rusia mengizinkan Vilson menelepon orang tua istri atau mertuanya, sehingga mereka bisa datang dan menjemput mereka. Para prajurit Moskow berjanji tidak akan menyentuh mereka.
Saat mertuanya tiba, Vilson sudah tak sadarkan diri karena kehilangan banyak darah. Pasukan Rusia kemudian membantu membawa dia ke dalam mobil. Namun, mereka tak diizinkan membawa jenazah Zhulina.
Lalu orang tua Zhulina kembali untuk mengambil jenazah anak mereka.
"Nenek dan kakek adalah pahlawan. Mereka membawa gerobak dan pergi ke sana dengan berjalan kaki. Mereka membuka pintu mobil di depan orang Rusia, mengambil anak mereka, meletakkannya di gerobak dorong, dan mengambil beberapa barang yang ada di sana, lalu kembali," tutur Vilson.
Vilson dan kedua anaknya kemudian dirawat selama enam hari untuk pemulihan.
Anak-anaknya bertahan, namun menyaksikan sendiri sang ibu tertembak memiliki efek trauma terhadap mereka, kata Vilson.
"Mereka terkejut saat melihatnya. 'Bu, ibu' teriak mereka. Dia tak menjawab," kata Vilson mengenang peristiwa penembakan itu. [tum]