Setelah gencatan senjata pada Januari lalu, Hamas sempat mengerahkan ribuan aparat keamanan di seluruh Gaza.
Namun, sejak Israel kembali melancarkan serangan besar-besaran pada Maret, kehadiran aparat bersenjata menurun drastis.
Baca Juga:
Miris, Indonesia Buang 48 Juta Ton Makanan per Tahun di Tengah Krisis Gizi dan Stunting
Ismail Al-Thawabta, Direktur Kantor Media Pemerintah Gaza, menyebut peristiwa penjarahan sebagai “praktik individu yang terisolasi yang tidak mencerminkan nilai dan etika rakyat Palestina.”
Ia menegaskan bahwa otoritas Gaza tengah menangani insiden-insiden tersebut dengan cara yang menjaga ketertiban dan martabat manusia.
Al-Thawabta menyalahkan Israel atas memburuknya kondisi ini. Sejak 2 Maret, Israel menutup akses masuk bantuan medis, bahan bakar, dan makanan ke wilayah tersebut. Meski demikian,
Baca Juga:
Kasus Ayam Goreng Widuran Nonhalal Solo, Polisi Tak Temukan Unsur Pidana
Israel membantah bahwa Gaza tengah menghadapi krisis kelaparan dan belum memberikan kejelasan soal kapan bantuan akan kembali masuk.
Perserikatan Bangsa-Bangsa baru-baru ini memperingatkan bahwa malnutrisi akut, terutama di kalangan anak-anak Gaza, terus memburuk.
Dapur umum yang selama ini menjadi penyelamat bagi ratusan ribu orang kini terancam berhenti beroperasi akibat kekurangan pasokan serta risiko penjarahan.