"Kami semua dipukul. Saya juga dipukul. Mereka menyuruh kami pulang dan mengatakan di sanalah tempat perempuan," ucap Sara, seperti dilansir BBC, Kamis (9/9). Ponselnya dilempar oleh militan Taliban ketika dia berusaha untuk mengambil gambar.
Taliban mengatakan mereka berkomitmen terhadap hak-hak perempuan dan tidak melarang perempuan menempuh pendidikan atau bekerja.
Baca Juga:
Bio Farma Hibahkan 10 Juta Dosis Vaksin Polio untuk Afghanistan
Namun sejak mereka menguasai Kabul pada 15 Agustus, mereka telah meminta seluruh perempuan, kecuali mereka yang berada di sektor kesehatan publik, untuk tidak usah bekerja sampai situasi lebih aman.
Keamanan merupakan salah satu alasan untuk mencegah wanita bekerja ketika mereka berkuasa pada 1990-an, dan ada banyak orang seperti Sara yang merasa saat ini tidak akan ada perbedaan.
Sara bekerja sebagai seorang penasihat divsebuah departemen pemerintah, dan juga menjalankan bisnisnya sendiri. Dia mengatakan keluarganya khawatir akan hidupnya.
Baca Juga:
Afghanistan Kembali Gempa Bumi Berkekuatan 6,3 Magnitudo
"Mereka melarang saya ikut demo. Mereka [Taliban] akan membunuh kamu. Saya bertengkar dengan kakak saya untuk mengikuti demo kemarin. Saya tidak takut. Saya akan tetap melakukannya lagi dan lagi dan lagi, sampai mereka membunuh kami. Lebih baik langsung mati daripada mati perlahan."
Jia sudah menikah dan memiliki empat anak, termasuk seorang bayi baru lahir. Dia mengatakan keluarganya mendukung dirinya untuk demo. "Taliban tidak akan berada di sini hanya untuk beberapa hari. Mereka akan berkuasa dalam waktu lama. Kita harus menuntut hak kita, tidak hanya untuk kita, tetapi untuk generasi kita yang selanjutnya, anak-anak kita," jelasnya.
"Kami tahu Taliban akan menemukan kami dan menargetkan kami. Tapi kami tidak memiliki pilihan. Kami harus tetap melanjutkannya."