WahanaNews.co | Seorang pembantu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada Rabu (13/4/2022), mengatakan bahwa Ukraina ingin Kanselir Jerman, Olaf Scholz, untuk mengunjungi Kiev dan menjanjikan untuk mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina.
Hal ini bermula dari Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier, yang mengakui, pada Selasa (12/4/2022), bahwa dia telah menawarkan diri untuk mengunjungi Ukraina dengan para pemimpin Uni Eropa lainnya.
Baca Juga:
Rusia Gempur Kherson dengan 71 Rudal di Malam Natal
Tetapi, Kiev mengatakan bahwa mereka tidak menerima kunjungan itu sekarang.
Penasihan Presiden Ukraina, Oleksiy Arestovych, mengatakan kepada televisi publik Jerman, pada Rabu, bahwa Zelensky tidak bermaksud menyinggung Berlin.
“Saya pikir argumen utamanya berbeda, presiden kami mengharapkan kanselir agar dia (Scholz) dapat mengambil keputusan praktis langsung, termasuk pengiriman senjata,” kata Arestovych, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (13/4/2022).
Baca Juga:
Makin Runyam! Polandia-Ukraina Cekcok Gara-gara Pidato Zelensky
Presiden Jerman memiliki peran seremonial sebagian besar sementara kanselir bertugas untuk mengepalai pemerintahan.
Arestovych mengatakan nasib kota pelabuhan strategis Mariupol dan penduduk sipil Ukraina timur tergantung pada senjata Jerman.
“Itu tergantung pada senjata Jerman yang bisa kita dapatkan,” ujarnya.
“Waktu menjadi sangat penting, tank tidak ada yang datang, anak-anak kita sekarat, diperkosa, dibunuh,” katanya.
Pejabat politik Jerman mengatakan bahwa mereka telah melihat gambaran mengerikan dari perang yang mengingatkannya pada kehancuran Berlin tahun 1945.
Apa yang dilakukan Rusia di Ukraina tidak jauh berbeda dengan peristiwa yang dialami Jerman.
Selain itu, Scholz menghadapi tekanan di dalam negeri karena publik terus mendesaknya agar meningkatkan dukungan bagi Ukraina dalam menghadapi invasi yang telah berlangsung selama tujuh minggu itu.
Kanselir awalnya menanggapi serangan Rusia dengan menjanjikan perubahan dramatis dalam pertahanan Jerman termasuk peningkatan besar-besaran dalam pengeluaran militer.
Namun, sejauh ini dia malah menolak seruan untuk mengikuti para pemimpin Uni Eropa lainnya untuk mengunjungi Kiev dan menolak untuk mengirim senjata berat ke Ukraina.
Sikap itu tentu menimbulkan ketegangan di dalam pemerintahan Scholz, dengan para menteri dan partai lainnya yang mendesak Scholz agar mengitim senjata tambahan ke Ukraina.
Di lain sisi, anggota Sosial Demokrat menunjukan sikap yang sama dengan Scholz dan menentang kuat Jerman untuk meningkatkan pasokan senjatanya ke Ukraina.
Dia juga memperingatkan adanya spiral eskalasi.
“Kita tidak boleh secara bertahap terseret ke dalam perang dengan Rusia,” kata anggota parlemen Joe Weingarten. [gun]