WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di tengah ketegangan nuklir yang terus meningkat antara Amerika Serikat dan Iran, perhatian dunia tertuju pada sebuah titik strategis yang jarang disebut dalam percakapan geopolitik Timur Tengah: Diego Garcia.
Pulau kecil di Samudra Hindia ini, meski hanya berukuran 10 x 20 kilometer, memainkan peran vital dalam proyeksi kekuatan militer global AS.
Baca Juga:
Trump Ogah Tanggung Jawab atas Serangan Israel, Tapi Siap Gempur Iran
Terletak hanya 2.877 kilometer dari Pulau Sumatera dan sekitar 700 kilometer di selatan Maladewa, Diego Garcia selama puluhan tahun telah menjadi pangkalan militer bersama AS-Inggris yang digunakan untuk operasi tempur jarak jauh, termasuk di Timur Tengah dan Indo-Pasifik.
Data citra satelit dari Planet Labs mengonfirmasi keberadaan tiga pesawat pengebom B-2, pesawat siluman berteknologi tinggi milik AS, di landasan Diego Garcia pada Maret lalu.
Pesawat ini dirancang untuk menghindari sistem pertahanan udara sekaligus melancarkan serangan presisi.
Baca Juga:
Diam-diam Bantu Israel, AS Tembak Jatuh Rudal Iran Lewat Laut dan Udara
Profesor John Rees, analis pertahanan di London School of Economics, mengatakan bahwa Diego Garcia ibarat "bidak tersembunyi dalam catur geopolitik AS."
Ia menambahkan, "Jaraknya yang cukup dekat dengan kawasan konflik memungkinkan AS menekan musuh tanpa terlalu bergantung pada izin dari negara-negara Teluk."
Jejak Sejarah dan Kontroversi di Balik Pangkalan