Hingga hari ini, negara-negara Teluk memberlakukan pembatasan ketat terhadap penggunaan wilayah udara mereka, terutama dalam konflik yang melibatkan Iran atau kelompok yang berafiliasi dengannya seperti Houthi di Yaman.
“Keberadaan Diego Garcia memberi AS fleksibilitas strategis tanpa risiko diplomatik yang dihadapi bila menggunakan pangkalan di negara-negara sekutunya di Timur Tengah,” ujar Dr. Samira Qureshi, pakar kebijakan luar negeri dari King’s College London.
Baca Juga:
Su-57 hingga J-10: Adu Jet Tempur Paling Mematikan dan Termahal Sedunia
Persiapan untuk Tekanan Terhadap Iran
Kedatangan pesawat B-2 di Diego Garcia dipandang banyak analis sebagai sinyal serius terhadap Teheran. B-2 mampu membawa Massive Ordnance Penetrators seberat 30.000 pon, bom penghancur bunker yang dirancang untuk menembus fasilitas nuklir bawah tanah Iran.
Dengan jarak sekitar 4.000 km dari Yaman dan 5.300 km dari Iran, pangkalan ini berada dalam jangkauan tempur yang aman bagi B-2, mengingat jangkauan terbangnya dapat mencapai 11.000 km dengan pengisian bahan bakar.
Baca Juga:
Trump Bela Diri Soal Hadiah Jet Mewah Qatar: Bodoh Jika Menolak!
Ketika ditanya wartawan tentang Iran, Presiden Donald Trump menyatakan, “Preferensi saya adalah menyelesaikannya dengan Iran. Tapi jika tidak, hal-hal buruk akan terjadi pada mereka.”
Pernyataan itu datang sehari setelah Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyebut bahwa negaranya telah merespons surat dari Trump lewat perantara Oman, tetapi menolak bernegosiasi langsung di bawah tekanan militer.
Axios sebelumnya melaporkan bahwa surat Trump menetapkan batas waktu dua bulan untuk dimulainya perundingan, atau AS akan mempertimbangkan opsi militer.