Karena itu, perayaan Halloween pada Sabtu akhir pekan lalu itu berlangsung tanpa ada arahan. Sebab, ratusan ribu orang yang menyerbu kawasan Itaewon murni ingin menikmati suasana dan keramaian di bar-bar dan kelab di kawasan itu.
"Karena Halloween adalah budaya Amerika dan ada banyak orang asing yang datang ke Itaewon, sektor bisnis di kawasan itu mengadakan acara atas kemauan mereka sendiri. Menutup lalu lintas untuk Halloween tidak pernah dipertimbangkan di masa lalu," kata seorang pejabat di Kantor Distrik Yongsan seperti dikutip Korean Herald.
Baca Juga:
Seorang Polisi yang Tengah Diselidiki Tragedi Itaewon, Ditemukan Tewas di Rumahnya
Penanganan yang berbeda terlihat saat polisi menutup sejumlah jalan utama di Itaewon ketika gelaran Festival Global Village awal Oktober lalu. Acara tahunan itu diselenggarakan oleh Organisasi Zona Turis Khusus Itaewon dengan dukungan pemerintah Seoul dan Distrik Yongsan.
2. Minim Polisi dan Kontrol Kerumunan
Menurut polisi, hanya 137 petugas yang dikerahkan ke Itaewon untuk mengamankan puncak perayaan Halloween pada Sabtu (29/11). Padahal, massa yang mendatangi kawasan Itaewon mencapai 100 ribu orang lebih, jumlah tertinggi yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga:
Mendagri Korea Selatan Minta Maaf atas Tragedi Kerumunan Halloween di Itaewon
Pihak berwenang juga mengakui bahwa tidak memiliki prosedur khusus untuk menangani kerumunan perayaan tanpa acara resmi.
Direktur Divisi Investigasi Kejahatan Kekerasan Kepolisian Korsel, Oh Seung-jin, menuturkan saat ini pemerintah tidak memiliki manual khusus untuk mengatasi kerumunan massa yang terjadi spontan tanpa penyelenggara.
"Untuk festival Halloween kali ini, karena diharapkan banyak orang akan berkumpul di Itaewon, saya mengerti bahwa festival ini disiapkan dengan menempatkan lebih banyak pasukan polisi dari pada tahun-tahun sebelumnya," kata Oh seperti dikutip CNN.