WahanaNews.co, Gaza - Militer Israel menyatakan kefrustrasiannya terhadap tekanan dari media internasional untuk memberikan bukti terkait tuduhan bahwa Hamas memiliki markas di Rumah Sakit al-Shifa di Gaza, Palestina.
Letnan Kolonel Richard Hecht, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), menyatakan bahwa dia sangat frustrasi dengan kurangnya kesabaran yang ditunjukkan oleh media internasional.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Menurutnya, media internasional terlalu cepat melaporkan kurangnya bukti signifikan terkait keberadaan Hamas di RS terbesar di Jalur Gaza, sementara pasukan Israel terus menyelidiki RS tersebut untuk mencari jaringan terowongan bawah tanah yang luas.
Pada Rabu lalu, IDF melakukan serbuan pertama ke dalam RS al-Shifa dalam konteks perang yang sedang berlangsung dengan Hamas.
Pihak berwenang Israel mengklaim bahwa kompleks medis tersebut digunakan oleh Hamas sebagai perlindungan untuk basis operasi bawah tanah yang signifikan.
Baca Juga:
Komandan Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Utara
Selama tiga hari penggerebekan, IDF telah menunjukkan rekaman beberapa senjata dan peralatan yang diyakini milik Hamas di lokasi tersebut, serta sebuah lubang di sekeliling rumah sakit.
Namun bukti-bukti itu tepis pihak rumah sakit dan diragukan banyak pihak, terlebih IDF telah ketahuan membuat propaganda kotor yang tidak valid.
Namun ketika tekanan media-media internasional meningkat terhadap Israel untuk mengungkap bukti kehadiran Hamas yang lebih besar di RS al-Shifa, Hecht meminta wartawan untuk bersabar.
“Kami mungkin terjebak dalam perangkap itu,” kata Hecht, seperti dikutip Newsweek, Senin (20/11/2023).
“Mungkin pihak militer lain akan berkata, 'Ini adalah proses yang panjang, kami mendapat kecaman'. Hal ini membutuhkan waktu, seperti menemukan jarum di tumpukan jerami, menemukan batangnya," paparnya.
“Ini adalah operasi militer yang panjang, akan memakan waktu, juga dengan terowongan.
Saya berkata kepada salah satu jurnalis tadi malam, 'Saya minta maaf karena saya tidak memenuhi timeline berita Anda. Saya tidak bisa cepatlah menunjukkan kepada Anda kantor [Pemimpin Hamas di Gaza Yahya] Sinwar'," imbuh Hecht.
Hecht telah menunjukkan kepada wartawan rekaman video yang menurutnya menunjukkan sejenis drone memasuki lubang bawah tanah.
Menurutnya, rekaman tersebut mengungkapkan adanya kabel listrik dan tangga.
Meskipun demikian, IDF belum mengonfirmasi bahwa itu adalah bagian dari jaringan terowongan Hamas di RS al-Shifa.
Hecht, yang baru-baru ini melakukan kunjungan ke lokasi tersebut, menyatakan bahwa IDF sejauh ini telah memasuki gedung MRI rumah sakit, termasuk ruang bawah tanah di "sayap Qatar".
"IDF belum melakukan penetrasi ke ruang gawat darurat dan masih melakukan pencarian di area lain yang mencurigakan," ujarnya.
Pimpinan dalam upaya pencarian ini adalah unit elit Angkatan Udara Israel yang dikenal sebagai Shaldag, atau Kingfisher.
Mirip dengan Sayeret Matkal, yang pernah menjadi bagian darinya, Shaldag mengkhususkan diri dalam operasi rahasia berisiko tinggi, termasuk pencarian dan penyelamatan serta serangan komando.
Mayor Jenderal Yaron Finkelman, komandan Komando Selatan IDF, bersaksi tentang dugaan aktivitas Hamas di al-Shifa dan RS lainnya dalam sebuah video yang didistribusikan oleh IDF pada hari Jumat.
“Kami melihat kehadiran Hamas di semua RS,” kata Finkelman dalam sambutan yang disampaikan kepada personel IDF, tanpa menyodorkan bukti.
"Ini adalah kehadiran yang pasti dan jelas," ujarnya.
“Mereka secara sinis memanfaatkan RS ini seperti yang kita lihat di jantung al-Shifa,” imbuh dia.
"Itulah yang kami amati, bahwa mereka menyembunyikan senjata di bawah rumah sakit, memiliki pusat komando, serta kemampuan. Terowongan ini adalah bukti tambahan dari hal tersebut."
Mengacu pada klaim bukti potensial lebih lanjut mengenai kehadiran Hamas di RS al-Shifa, IDF menyatakan telah menemukan mayat dua warga negara Israel yang diculik, satu warga sipil dan satu kopral IDF.
Namun, Hamas membantah klaim IDF yang tidak akurat. Menurut Hamas, dua sandera memang dibawa ke RS tersebut untuk mendapatkan perawatan karena luka parah.
Keduanya kemudian dikembalikan ke rumah tahanan di dekat RS, namun tewas akibat serangan bombardir oleh militer Israel.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]