WAHANANEWS.CO, Jakarta - Konflik Timur Tengah memasuki babak paling berbahaya. Pertukaran rudal antara Israel dan Iran makin meluas, memicu kekhawatiran global atas pecahnya perang regional skala penuh.
Situasi ini kian membara setelah kelompok Houthi di Yaman menyatakan secara terbuka keberpihakannya kepada Iran dan turut meluncurkan rudal ke wilayah Israel.
Baca Juga:
Biadab! Israel Rudal Pesawat Haji Yaman, Calon Jemaah Pulang Tanpa Kepastian
Pada Minggu (15/6/2025), Houthi menyatakan mereka telah meluncurkan beberapa rudal balistik ke arah Jaffa, wilayah tengah Israel, dalam kurun 24 jam terakhir.
Aksi itu dilakukan dalam koordinasi langsung dengan Teheran.
Sebelumnya, Houthi telah beberapa kali menargetkan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina di Gaza selama konflik Israel–Hamas.
Baca Juga:
Rudal Houthi Guncang Ben Gurion, Israel Dikepung dari Langit
Namun serangan-serangan tersebut sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel.
Salah satu sumber dari Ansar Allah, nama lain dari Houthi, mengatakan kepada Newsweek bahwa kelompok tersebut akan terus menggempur Israel, meskipun sejumlah pemimpinnya menjadi target serangan.
“Setiap pemimpin digantikan oleh seribu pemimpin,” ujar sumber itu. “Kami semua adalah proyek kesyahidan, dan kami tidak takut menjadi sasaran.”
Israel dilaporkan meluncurkan serangan yang menyasar pertemuan tokoh-tokoh penting Ansar Allah, termasuk Kepala Staf Militer Mohammed Abdel Karim al-Ghamari dan Mahdi al-Mashat, Presiden Dewan Politik Tertinggi Ansar Allah.
Meski pihak Houthi enggan mengonfirmasi detail serangan itu, mereka menegaskan kesiapan melanjutkan serangan rudal dan drone terhadap Israel.
Ketegangan memuncak dengan munculnya ledakan di Tel Aviv dan Yerusalem.
Militer Israel mengakui sejumlah rudal kembali diluncurkan dari Iran ke wilayah mereka, sementara mereka membalas dengan menggempur fasilitas militer di jantung Teheran.
Layanan ambulans Israel mengonfirmasi bahwa tiga perempuan tewas dan 10 lainnya luka-luka akibat serangan rudal di wilayah utara. Di kota Tamra, para petugas darurat tampak menyisir puing-puing rumah yang hancur sebagian, mencari korban di tengah reruntuhan.
Iran menyatakan bahwa depot minyak Shahran di Teheran menjadi sasaran, dan kebakaran terjadi setelah Israel menghantam kilang minyak dekat ibu kota.
Selain itu, gedung Kementerian Pertahanan Iran juga dilaporkan mengalami kerusakan akibat serangan langsung dari Israel.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengklaim bahwa serangan balasan mereka telah menargetkan fasilitas energi dan infrastruktur produksi bahan bakar jet milik Israel.
Mereka juga memperingatkan, “Jika Israel melanjutkan permusuhan, kami akan balas dengan kekuatan yang lebih besar dan serangan lebih luas.”
Ketegangan ini bermula dari "Operasi Singa Berani" yang diluncurkan Israel pada Jumat (13/6/2025), yang diawali dengan pembunuhan tokoh militer senior dan ilmuwan nuklir Iran.
Serangan itu berkembang ke berbagai target strategis seperti fasilitas nuklir, situs rudal, sistem pertahanan udara, bandara, dan pangkalan militer.
Menurut utusan Iran di PBB, hingga Jumat malam sebanyak 78 warga tewas. Kementerian Kesehatan Iran kemudian menyebutkan bahwa sekitar 800 orang mengalami luka.
Serangan terhadap blok apartemen di Teheran juga dikabarkan menewaskan 60 orang, termasuk 20 anak-anak.
Iran membalas dengan serangan rudal pada Jumat malam, menewaskan tiga warga Israel.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan operasi militer mereka dapat berlangsung selama berminggu-minggu dan mendesak rakyat Iran untuk bangkit melawan para pemimpin mereka.
Kelompok HAM Israel B'Tselem mengkritik keras tindakan pemerintah, menyebutnya sebagai perang yang mengancam kestabilan seluruh kawasan.
Teheran sendiri mengingatkan sekutu-sekutu Israel bahwa pangkalan militer mereka juga akan menjadi sasaran jika terlibat dalam menembak jatuh rudal Iran.
Namun, kekuatan proksi Iran seperti Hamas dan Hizbullah dinilai sudah melemah akibat konflik berkepanjangan, sehingga kemampuan balasan Iran pun dinilai terbatas.
Israel menganggap program nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial. Serangan terbaru diklaim untuk mencegah Teheran mengambil langkah akhir menuju pengembangan senjata nuklir.
Di sisi lain, Iran bersikeras bahwa program nuklirnya murni untuk tujuan sipil.
Namun, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) baru-baru ini menyebut bahwa Iran telah melanggar perjanjian nonproliferasi nuklir.
Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi konsekuensi lebih buruk, namun menyatakan masih ada peluang menghentikan kampanye militer Israel jika Teheran bersedia menurunkan ambisi nuklirnya.
Putaran perundingan nuklir AS–Iran yang sedianya digelar di Oman pada Minggu pun dibatalkan.
Menlu Iran Abbas Araghchi menegaskan bahwa dialog tak mungkin dilakukan selama negaranya diserang secara brutal oleh Israel.
Dalam serangan yang menyasar infrastruktur energi Iran, kantor berita Tasnim melaporkan bahwa produksi di ladang gas South Pars, yang terbesar di dunia, dihentikan sementara akibat kebakaran hebat usai dihantam rudal Israel.
Kawasan tersebut adalah sumber utama gas bagi Iran.
Kekhawatiran akan terganggunya ekspor energi pun langsung memicu lonjakan harga minyak dunia hingga 9 persen pada hari Jumat.
Jenderal Iran, Esmail Kosari, bahkan mengisyaratkan bahwa Teheran tengah mempertimbangkan opsi ekstrem: menutup Selat Hormuz, jalur vital ekspor minyak dunia.
Dunia kini menahan napas, menanti bagaimana babak berikutnya dari konflik yang mengancam stabilitas global ini akan berkembang.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]