Bahkan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, pekan ini menyatakan bahwa bantuan yang masuk ke Gaza sudah terlalu banyak dan tidak boleh ada tambahan bantuan, demi menjamin kemenangan Israel.
Dr. Mads Gilbert, dokter asal Norwegia yang telah lebih dari 30 tahun melayani di Gaza, menyebut operasi GHF sebagai bagian dari rencana genosida Israel.
Baca Juga:
Gaza Menuju Krisis Air Total: Sistem Distribusi Runtuh Akibat Blokade dan Serangan
“Ini tidak ada hubungannya dengan pengentasan kelaparan di Gaza,” tegasnya. Ia menyebut GHF sebagai “operasi palsu” dan “setetes air di lautan” yang justru dimanfaatkan sebagai umpan.
"Organisasi distribusi ini bertujuan menggunakan makanan sebagai umpan untuk menarik orang-orang yang kelaparan, meneror mereka, dan membunuh mereka. Penembakan terhadap orang-orang yang sedang mengantre makanan adalah kejahatan perang," ujarnya.
Lebih dari 130 organisasi kemanusiaan global seperti Oxfam, Save the Children, dan Amnesty International telah menyerukan penutupan segera GHF.
Baca Juga:
Menembus Iron Dome dan THAAD, Rudal Haj Qassem Iran Jadi Mimpi Buruk Baru Israel
Mereka menuduh GHF memfasilitasi serangan terhadap warga sipil, dan menyebut pasukan Israel serta kelompok bersenjata "secara rutin" menembaki warga Palestina yang hanya ingin mengakses makanan.
Sejak GHF mulai beroperasi pada akhir Mei 2025, lebih dari 600 warga Palestina telah tewas saat mencoba mendapatkan bantuan, dan hampir 4.000 lainnya terluka.
Perang Israel di Gaza, yang terus berlangsung sejak Oktober 2023, telah merenggut nyawa sedikitnya 56.647 orang dan melukai 134.105 lainnya, menurut data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza.