WahanaNews.co | Dampak buruk kebijakan Brexit mulai dirasakan di Inggris, di mana dampak mulai terasa di industri ritel makanan.
Paling berat muncul di sektor rantai pasok makanan di Inggris, bahkan di musim panas ini produsen makanan kesulitan mengantarkan barang-barangnya ke supermarket.
Baca Juga:
Profil Keir Starmer, Perdana Menteri Inggris yang Baru Gantikan Rishi Sunak
Wakil Ketua East Scotland Growers (ESG), Iain Brown, menyatakan, pihaknya mengalami kelebihan suplai produk makanan karena lambatnya pengiriman.
Bahkan dia mengatakan harus membuang sebagian produksinya selama seminggu.
Menurut Brown, dua cabang penting dari bisnisnya, produksi dan distribusi terkena dampak Brexit, yang membuat kurangnya tenaga kerja dari Eropa karena kebijakan perbatasan ketat Brexit.
Baca Juga:
Kalah Telak, PM Inggris Rishi Sunak Tinggalkan Kursi Pimpinan Partai
"Lemari kami tidak memiliki cukup ruang untuk menampung hasil panen kami, jadi kami harus membuang produksi selama seminggu. Dan kami tidak memiliki cukup pekerja untuk memanen tanaman sayuran kami," ujar Brown, dilansir dari CNN, Senin (13/8/2021).
Kerugian secara material pun sudah dirasakan koperasi ESG yang dikelola Brown, tanpa adanya pekerja yang jadi pengemudi truk untuk distribusi pihaknya harus membuang produksi selama seminggu dengan perkiraan kerugian US$ 1,4 juta.
Brown juga mengatakan di proses produksi pihaknya kesulitan mencari tenaga kerja.
Biasanya, banyak orang Rumania dan Bulgaria yang datang untuk dipekerjakan di ladang-ladang untuk memanen sayuran.
Kekurangan pekerja dari Eropa di area vital ini berarti kerugian finansial bagi bisnis dan bisa saja membuat rak kosong di supermarket saat Inggris bergegas menuju Natal.
Sektor logistik jadi yang paling banyak mengalami kekurangan pekerja.
Tepatnya, kekurangan pengemudi truk dan saat ini disebut sebagai masalah yang paling mendesak.
Kekurangan pengemudi truk diperkirakan berada di antara 90.000 hingga 120.000 orang menurut juru bicara Logistik Inggris.
Fakta ini membuat para pengusaha di sektor ini pusing tujuh keliling.
Masalahnya, pekerja di Inggris tak bisa begitu saja menggantikan para pengemudi truk asal Eropa.
Faktanya, butuh waktu hingga sembilan bulan untuk memenuhi syarat sebagai pengemudi.
Orang Inggris pun tidak mengantre untuk mengambil pekerjaan ini.
Pengemudi truk dinilai sebagai pekerjaan yang kurang aman dan tidak menarik bagi banyak angkatan kerja di Inggris.
Kurang pengemudi membuat perusahaan logistik hanya mengirimkan sedikit barang.
Dalam jangka panjang, ini berarti lebih sedikit pilihan konsumen dan kemungkinan kepanikan konsumen, seperti yang terlihat pada tahun 2020 ketika Inggris kekurangan pasokan kertas toilet.
Melihat kondisi begini, para bos supermarket terbesar di Inggris juga mengaku khawatir.
Mereka menggambarkan kekurangan pasokan karena rantai pasok yang terganggu sebagai hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Mereka memperingatkan bahwa rak-rak supermarket bisa kosong saat Natal karena kurangnya pengemudi truk pengantar barang.
Secara ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi Inggris mandek pada bulan Juli menurut Kantor Statistik Nasional.
Sebagian karena masalah rantai pasokan dan kekurangan pekerja.
Ekonomi Inggris tetap 2,1% lebih kecil dari sebelum pandemi, dan beberapa ekonom berpikir perbedaannya tidak akan terjadi hingga kuartal kedua tahun depan. [qnt]