WahanaNews.co | Presiden
Tunisia Kais Saied pada Minggu (25/7), mengumumkan penangguhan parlemen negara
itu dan pemecatan Perdana Menteri Hichem Mechichi. Ini merupakan imbas protes
warga sehari sebelumnya, yang menilai pemerintah tak becus tangani Covid-19.
Baca Juga:
Jelang Ramadan 2024, Impor Kurma ke Indonesia Meningkat
Aksi demonstrasi sempat dilakukan sehari sebelumnya
menentang partai yang berkuasa. Warga membunyikan klakson mobil terdengar
setelah Saied membuat pengumuman tersebut setelah melakukan pertemuan darurat
di istananya.
Sebelumnya, ribuan warga Tunisia berbaris di beberapa kota
untuk memprotes partai yang berkuasa. Mereka mengkritik partai berkuasa sebagai
pemerintah yang gagal akibat peningkatan penularan Covid-19 yang melumpuhkan
negara di utara Afrika itu.
Di ibukota Tunis, aksi demonstrasi dilakukan di depan
parlemen yang diikuti ratusan peserta. Mereka meneriakkan slogan-slogan
menentang partai penguasa Ennahdha berbasis Islam dan perdana menteri Mechichi.
Protes juga dilaporkan terjadi di kota-kota Gafsa, Kairouan, Monastir, Sousse
dan Tozeur.
Baca Juga:
Oposisi Boikot Pemilu Tunisia, Hanya 9 Persen Pemilih Berikan Suara
"Rakyat menginginkan pembubaran parlemen," teriak
massa.
Beberapa pengunjuk rasa ditangkap dan seorang wartawan
terluka ketika massa melemparkan batu dan polisi menembakkan gas air mata,
menurut kesaksian seorang wartawan AFP.
"Konstitusi tidak mengizinkan pembubaran parlemen,
tetapi mengizinkan pekerjaannya ditangguhkan," kata presiden, mengutip
Pasal 80 yang mengizinkan tindakan seperti itu dalam keadaan darurat.