"Sehingga kami akan memperkuat peningkatan teknologi, konsumsi energi, emisi dan standar lain sebagai daya tariknya sekaligus menstabilkan dan memperluas konsumsi tradisional agar bisa memenuhi kebutuhan penggantian dua jenis barang tersebut," tambah Wang.
Cara selanjutnya untuk mendorong konsumsi menurut Wang adalah dengan mempromosikan "produk trendi dari dalam negeri".
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
"Kini, produk dalam negeri yang berkualitas dan mengusung budaya tradisional unggulan. Kami mengidentifikasi 300 'merek unggulan China' sesuai dengan peraturan dan standar yang relevan. Merek-merek ini memenuhi kebutuhan keinginan pasar atas barang yang modis, khusus dan personal, sehingga disukai konsumen, khususnya generasi muda," jelas Wang.
Wang juga mengakui bahwa situasi eksternal untuk perdagangan luar negeri pada 2024 semakin kompleks dan rumit.
"Di satu sisi, permintaan memang melemah seperti perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyatakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 2,9 persen. Di sisi lain, kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, meningkatnya proteksionisme perdagangan, konflik geopolitik dan eskalasi konflik seperti blokade jalur pelayaran di Laut Merah baru-baru ini, telah mengganggu perdagangan internasional," ujar Wang.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Biro Statistik Nasional (NBS) China menyebut Produk Domestik Bruto (PDB) China sebesar 5,2 persen pada 2023 yaitu mencapai 126,06 triliun yuan (sekitar 17,71 triliun dolar AS).
Dari jumlah tersebut, konsumsi dalam negeri menjadi penyumbang terbesar yaitu 82,5 persen.
Sedangkan sektor ekspor dan impor China pada 2023 mencapai 41,76 triliun yuan atau tumbuh sebesar 0,2 persen dibanding pada 2022.