Selama seminggu terakhir pekan lalu, protes telah melanda negara itu, di mana demonstran menghadapi tanggapan kekerasan oleh polisi dan pihak berwenang.
Para wanita telah menjadi pusat demonstrasi di Iran, di mana banyak dari mereka membakar jilbab dan memotong rambut sebagai protes.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Presiden Ebrahim Raisi, yang dikutip oleh media pemerintah pada hari Sabtu, mengatakan bahwa pihak berwenang harus menindak tegas mereka yang menganggu keamanan dan ketenangan negara.
Di banyak kota, termasuk ibu kota, pasukan keamanan menanggapi protes dengan melepaskan tembakan ke arah demonstran.
Menurut Amnesty International, setidaknya 21 orang—termasuk tiga anak-anak—telah dibunuh oleh pasukan keamanan pada malam 21 September.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Setidaknya 41 orang kini telah tewas secara total, menurut jumlah korban tewas yang diberikan oleh televisi pemerintah Iran pada hari Minggu, meskipun angka resmi dari pemerintah belum dirilis.
Najafi dilaporkan berada di antara mereka yang tewas.
Wartawan Iran yang berbasis di Amerika Serikat, Masih Alinejad, melaporkan bahwa Najafi tewas setelah terkena enam peluru di kota Karaj. Laporannya berdasarkan penuturan dari saudara perempuan Najafi.