WAHANANEWS.CO, Jakarta - Serangan balasan Iran terhadap Israel benar-benar mengguncang dan mengubah wajah wilayah pendudukan.
Kota Bat Yam, yang berada tak jauh dari Tel Aviv, kini porak-poranda, menyerupai kehancuran yang selama ini kerap disaksikan di Jalur Gaza.
Baca Juga:
Israel Kacau Usai Dirudal Iran, Warga Menjarah Mal dan Apartemen Mewah
Serangan itu telah memaksa puluhan ribu warga mengungsi dan menyebabkan kerugian miliaran dolar bagi Israel.
Laporan harian Israel Calcalist menyebutkan sekitar 18.000 orang terpaksa dievakuasi dari rumah-rumah yang hancur akibat hantaman rudal Iran.
Dari jumlah itu, 12.000 orang kini ditempatkan sementara di hotel-hotel, sementara sisanya menempati apartemen sewaan yang makin langka dan mahal.
Baca Juga:
Taktik AS Lumat Fasilitas Nuklir Iran: Menipu dengan Umpan Palsu, Menghantam Pakai 14 Rudal
Empat kota utama, Bat Yam, Tel Aviv, Rehovot, dan Ramat Gan, disebut mengalami kerusakan besar.
Bahkan, wali kota Bat Yam, Tzvika Brot, menyebut serangan rudal Iran sebagai “pukulan paling keras dalam sejarah kota itu”.
Berbicara kepada Saluran 10 Israel, Brot mengungkap bahwa sekitar 120 dunam atau 40 hektare kawasan pemukiman hancur total.
Ia menyebut skala kerusakan itu belum pernah terjadi sebelumnya di kota-kota pendudukan.
“Pemboman Iran dalam waktu hanya satu hari menyebabkan kerusakan masif yang belum pernah kami lihat sebelumnya,” ucapnya.
Selain kehancuran fisik, Israel juga mengalami tekanan ekonomi besar. Perkiraan awal menyebutkan kerugian langsung mencapai USD 12 miliar dan bisa membengkak hingga USD 20 miliar.
Hal ini mendorong lonjakan harga rumah dan memperparah krisis perumahan di wilayah yang terdampak.
Di balik serangan besar ini, latar belakangnya adalah agresi militer Israel terhadap Iran pada 13 Juni yang lalu, didukung oleh Amerika Serikat.
Serangan tersebut menewaskan sejumlah komandan militer, ilmuwan, serta warga sipil termasuk perempuan dan anak-anak.
Iran pun tak tinggal diam. Melalui Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), mereka membalas dengan Operasi True Promise III, kampanye militer yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menghantam infrastruktur penting Israel.
Dalam 12 hari pertempuran, Iran meluncurkan 22 gelombang serangan presisi. Hasilnya: Israel terpaksa mengakhiri agresinya secara sepihak pada 24 Juni.
Iran pun menyudahi operasinya setelah menyampaikan pesan yang sangat jelas lewat kekuatan militer dan ketepatan rudal mutakhir.
Kementerian kesehatan Israel mengakui adanya 29 korban tewas dan lebih dari 3.200 orang terluka akibat serangan Iran.
Namun para pengamat meyakini angka sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, mengingat praktik sensor yang sering diberlakukan Israel dalam merilis data korban.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]